Sang “Bapak Atletik” Berpulang

- Rabu, 1 April 2020 | 14:35 WIB
Bob Hasan
Bob Hasan

TAK hanya dikenal sebagai pengusaha yang punya bisnis menggurita, Bob Hasan adalah sosok yang sangat berpengaruh di dunia olahraga nasional. Kabar duka pun merebak saat sosok tersebut dikabarkan telah berpulang, kemarin (31/3). Bob Hasan meninggal dunia di usia 89 tahun karena penyakit kanker.

Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Juru Bicara Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Hendri Firzani. Hendri menyebut bahwa Bob mengembuskan napas terakhirnya di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta setelah sempat dirawat dan menjalani kemoterapi di salah satu rumah sakit di Bangkok, Thailand.

“Pak Hasan meninggal karena kanker tulang yang menyebar ke paru-paru, yang sudah diderita sejak tiga bulan lalu. Insyaallah dimakamkan besok pagi (hari ini) di Ungaran, Semarang,” ujarnya, saat dihubungi Jawa Pos, kemarin.

Bob Hasan dikenal sebagai bapak atletik Indonesia. Sebutan tersebut tentunya tidak berlebihan. Mengingat, 46 tahun beliau menjabat ketua umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI). Dia terpilih menggantikan Sayidiman Suryohadiprojo pada 1976.

Selama kepemimpinannya, pria kelahiran Semarang 24 Februari 1931 tersebut membawa cabang olahraga atletik melahirkan sederet atlet hebat. Mulai, Suryo Agung, Maria Londa, Nurul Imaniar, hingga yang paling anyar Lalu Muhammad Zohri.

Kemarin, Jawa Pos menghubungi Nurul melalui sambungan telepon. “Beliau adalah sosok ayah buat saya. Dari saya menjadi atlet usia pra remaja sampai sekarang jadi pelatih dan pengurus di PB PASI. Itu karena dukungan, doa, dan kepercayaan beliau,” ucapnya.

Bob menanamkan, bahwa seorang atlet harus disiplin, berprestasi, dan berpendidikan. Ya, pendidikan merupakan hal penting bagi seorang atlet. Masa keemasan atlet tidak panjang. 10 sampai 15 tahun. Tentu pendidikan yang mumpuni bisa menjadi bekal untuk atlet setelah purnatugas. “Anda jangan jadi orang miskin kayak saya. Harus belajar. Prestasi ada tapi pendidikan juga harus,” kenang Nurul.

Atas dorongan Bob, Nurul mengambil kuliah S-1 Ilmu Komunikasi di Universitas Al Azhar. Kuliah di universitas bukan kaleng-kaleng tentu tidak mudah. Membagi waktu antara kuliah serta tugas yang padat dan mengikuti program latihan di Pelatihan Nasional (Pelatnas) SEA Games 2011.

“Akhirnya, beliau (Bob) turun tangan, menelepon Pak Rektor supaya diberikan keringanan. Jadi segitu pedulinya. Banyak sekali yang beliau bantu untuk saya,” katanya. Nyatanya, keputusan itu tepat. Nurul sukses mempersembahkan emas SEA Games 2011 bersama tim estafet 4 x 100 meter putri.

Begitu juga ketika Nurul mengalami cedera tahun 2013. Tepatnya, dua minggu sebelum pesta olahraga se-Asia Tenggara. Bob memberikan support total penanganan medis terbaik. “Mulai dokter yang terbaik di Jakarta. Rumah sakit bagus disiapkan beliau. Jadi itu sangat mahal buat saya,” ungkapnya.

Sosok Bob Hasan mendapat kesan tersendiri di dunia usaha. Pernah dijuluki sebagai “Raja Hutan” karena bisnis kayunya yang menggurita, Bob dipandang sebagai senior yang meletakkan dasar-dasar industri modern di sektor perkayuan mulai hulu hingga hilir. “Beliau menaruh perhatian besar dan sadar betul tentang kekuatan Indonesia dalam sektor industri hasil hutan,” ujar Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur, kemarin.

Abdul menceritakan bahwa di tangan Bob Hasan, industri hasil hutan Indonesia disegani sebagai salah satu negara industri paling berpengaruh saat itu. “Industri hasil hutan kita. Khususnya kayu, menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Zaire,” tambah Abdul.

Sosok Bob juga dikenang sangat baik semasa menjabat sebagai menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam kabinet Pembangunan VII masa kerja 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998. Abdul mengatakan bahwa ideologi Bob menekankan pada pentingnya hilirisasi. “Hasil hutan harus dikembangkan, diolah ke arah hilir dan mengutamakan nilai tambah,” bebernya.

Bahkan, lanjut Abdul, Bob juga menyetop ekspor log kayu dan rotan di Indonesia sehingga negara asing yang memerlukan rotan tak mempunyai pilihan selain melakukan ekspansi industri di Indonesia. ”Akhirnya industri barang jadi rotan menjadi yang terdepan. Industri perkayuan menjadi sangat kuat dan mebel meningkat signifikan,” urai Abdul. (agf/han/JPG/rom/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

THR-Gaji Ke-13 Cair Penuh, Sesuai Skema Kenaikan

Minggu, 17 Maret 2024 | 07:45 WIB

Ini Dia Desa Terindah nan Memesona di Jawa Tengah

Sabtu, 16 Maret 2024 | 10:25 WIB

Cuaca Ekstrem Diprakirakan hingga Mudik Lebaran

Jumat, 15 Maret 2024 | 10:54 WIB
X