Penyemprotan Jalan Tidak Efektif, Korsel Sukses dengan Lacak, Uji, Rawat

- Rabu, 1 April 2020 | 13:27 WIB
Puluhan pekerja migran duduk di jalanan Bareilly, Uttar Pradesh, India. Sesaat kemudian, petugas dengan baju hazmat menyemprot mereka dengan disinfektan. Para pekerja itu pasrah. Sebagian menutup wajahnya agar tidak terkena.
Puluhan pekerja migran duduk di jalanan Bareilly, Uttar Pradesh, India. Sesaat kemudian, petugas dengan baju hazmat menyemprot mereka dengan disinfektan. Para pekerja itu pasrah. Sebagian menutup wajahnya agar tidak terkena.

NEW DELHI – Puluhan pekerja migran duduk di jalanan Bareilly, Uttar Pradesh, India. Sesaat kemudian, petugas dengan baju hazmat menyemprot mereka dengan disinfektan. Para pekerja itu pasrah. Sebagian menutup wajahnya agar tidak terkena.

Video penyemprotan itu menjadi viral di dunia maya Senin (30/3). Mayoritas mencaci-maki kebijakan pemerintah India tersebut. Terlebih isi obat yang disemprotkan itu adalah sodium hypochlorite yang merupakan bahan utama cairan pemutih. Banyak yang mempertanyakan, apakah petugas penyemprotan tersebut ingin membunuh virus atau para buruh itu.

’’Saya telah meminta agar orang yang bertanggung jawab atas tindakan tersebut untuk ditindak,’’ ujar Nitish Kumar, salah seorang pejabat di Bareilly, seperti dikutip Al Jazeera.

Dia mengungkapkan bahwa sejatinya perintah yang diberikan adalah menyemprot bus yang dipakai para imigran. Sejak pemerintah India menerapkan lockdown, banyak buruh migran di kota-kota besar kembali ke desa masing-masing. Angkutan umum seperti bus selalu penuh. Sebagian buruh tersebut bahkan memilih jalan kaki karena jalanan ditutup. Kepulangan para imigran itu justru berpotensi menyebarkan Covid-19 ke pelosok India.

India mengalami masalah yang sama dengan Malaysia. Beberapa cluster persebaran virus SARS-CoV2 penyebab Covid-19 muncul gara-gara acara yang diadakan jamaah tablig di New Delhi. Setidaknya enam wilayah melaporkan adanya kasus penularan yang berasal dari acara yang dihadiri lebih dari seribu orang tersebut. Sebagian besar kini sudah dikarantina. Pemerintah meyakini bahwa penularan Covid-19 berasal dari ulama yang datang dari Indonesia.

Bukan hanya India yang melakukan karantina wilayah dan penyemprotan. Negara-negara Eropa, Asia, dan AS melakukan hal serupa. Agence France-Presse mengungkapkan bahwa saat ini separo populasi dunia diminta untuk tidak keluar rumah karena penularan virus korona jenis baru yang masih menggila.

Malaysia termasuk yang melakukan penyemprotan besar-besaran di jalanan. Kebijakan itu sempat dikritik mantan Wakil Dirjen Kesehatan Malaysia Dr Lokman Hakim Sulaiman. Menurut dia, itu hanya buang-buang uang. Sebab meski ada virus di jalan, kecil kemungkinan ia bisa sampai ke tangan dan wajah orang. Seharusnya, yang disemprot adalah area yang paling banyak disentuh orang. Misalnya, gagang pintu.

’’Atas dasar apa atau bukti apa mereka melakukan penyemprotan jalan itu?’’ ujarnya seperti dikutip New Straits Times. Hal senada dilontarkan Presiden Asosiasi Spesialis Kedokteran Kesehatan Masyarakat Malaysia Dr Zainal Ariffin Omar.

Kemarin (31/3) Italia dan Spanyol menggelar acara mengheningkan cipta untuk memberikan penghormatan terakhir kepada penduduknya yang meninggal dunia karena Covid-19. Di Spanyol dalam satu hari ada 849 kematian, total korban meninggal mencapai 8.189 orang. Mereka yang tertular berjumlah 94.417 orang. Sebanyak 12.298 di antaranya adalah pekerja medis.

Dan di Italia korban meninggal mencapai 11.591 orang. Lebih dari separo korban jiwa secara global berada di dua negara tersebut. Spanyol maupun Italia terus memperketat kebijakan lockdown mereka. Termasuk memberikan sanksi dan menerjunkan militer. Namun, angka penularan tak kunjung turun signifikan.

Sejauh ini Korea Selatan (Korsel) yang paling dipuji terkait keberhasilan mereka menekan angka penularan dan kematian. Mereka melakukan tiga langkah penanganan secara agresif. Yaitu, melacak, menguji, dan merawat. Pengetesan masal dilakukan di mana-mana. Penyemprotan disinfektan hanya salah satu tambahan penanganan.

Kasus pertama di Korsel dilaporkan 20 Januari lalu, sedangkan Italia 31 Januari. Namun, perkembangan dua negara itu jauh berbeda. Di Korsel, angka kematiannya hanya 158 orang dan kasusnya masih di bawah 10 ribu. Saat ini 120 negara sudah menghubungi pemerintah Korsel untuk meminta saran penanganan Covid-19. (sha/c6/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X