TOKYO - Meskipun sudah mendapat kepastian tanggal pelaksanaan baru, Olimpiade Tokyo 2020 belum sepenuhnya aman. Toshiro Muto, CEO Olimpiade Tokyo 2020 mengirim sinyal akan ada beberapa venue yang tak bisa digunakan saat gelaran tersebut berlangsung pada 23 Juli sampai 8 Agustus 2021 mendatang.
Hal itu dia ungkapkan dalam konfrensi pers terkait pengumuman jadwal baru Olimpiade pada Senin (30/3). Namun, dia masih enggan untuk mengungkapkan venue-venue cabang olahraga apa saja yang berpotensi mengalami perubahan tersebut.
Muto menyebut penundaan Olimpiade sampai setahun ke depan adalah opsi paling aman yang bisa diambil untuk saat ini. Meski, sampai saat ini juga belum ada pakar kesehatan yang berani memastikan bahwa pandemi Covid-19 sudah akan berakhir saat Olimpiade diadakan di musim panas tahun depan.
Kazuhiro Tateda, Ketua Asosiasi Penyakit Menular Jepang (Japanese Association for Infectious Disease) belum berani memastikan sebaran Covid-19 sudah akan berakhir tahun depan. Dia hanya mengungkapkan prediksi bahwa kemungkinan kecepatan penyebaran virus tersebut sudah melambat.
"Virus korona saat ini sudah menyebar dengan cepat," ucapnya dilansir Reuters. "Beberapa bulan ke depan virus mungkin sudah akan menyebar ke belahan utara dan selatan (Jepang). Jika orang-orang yang pulih bisa menjadi kebal, kita bisa mengatakan bahwa virus akan mereda. Tapi kita tetap tidak bisa memastikan situasi untuk setahun mendatang," tambah peneliti asal Toho University Tokyo tersebut.
Lebih lanjut, Tateda yang juga anggota gugus tugas khusus pemerintah Jepang untuk mengatasi Covid-19 mengatakan penundaan Olimpiade sampai satu tahun ke depan adalah pilihan paling rasional. Meski demikian, pihaknya akan terus memantau kondisi terakhir Jepang secara berkala. Dan bisa jadi akan merekomendasikan perubahan jadwal Olimpiade lagi jika memang dibutuhkan.
Koji Wada, Profesor dari International University of Health and Welfare menyebut menggelar Olimpiade di musim panas mendatang akan sulit. Apalagi, Covid-19 saat ini sudah menyebar ke hampir seluruh belahan dunia. "Menurutku itu terlalu optimis. Sulit untuk bisa berasumsi dalam satu tahun tiga bulan mendatang orang-orang sudah bisa bepergian secara bebas," jelasnya.
Dia memprediksi baru dua tahun lagi virus tersebut akan benar-benar bisa diatasi. Dia berasumsi kemungkinan Olimpiade akan tetap diadakan tahun depan namun dengan kondisi dunia yang masih krisis akibat virus tersebut.
Wada melanjutkan, menggelar Olimpiade di masa krisis tersebut akan menghilangkan prinsip keadilan olahraga. Para alet yang berasal dari wilayah yang masih terpapar Covid-19 jelas akan mendapat perlakukan khusus. Seperti karantina selama 14 hari sebelum bertanding.
Dia mengatakan, Olimpiade Tokyo 2020 sejatinya bukan gelaran Olahraga pertama yang diadakan di tengah krisis kesehatan global. Olimpiade Musim DIngin Vancouver 2010 digelar setahun setelah wabah flu babi. Olimpiade Rio 2016 juga berlangsung di tengah kekhawatiran virus zika yang tersebar melalui nyamuk.
Namun, dia mengingatkan virus korona ini jauh berbeda dibanding virus-virus sebelumnya yang sudah ada. "Dia bisa menyebar melalui orang yang tidak menunjukkan gejala. dan karena tidak ada yang kebal terhadapnya, dia kini sudah menyebar ke seluruh dunia." ucap Wada. (irr)
