JAKARTA– Belum usai pulih dari ketegangan perang dagang, badai ekonomi bagi negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik seolah belum reda. Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa menuturkan, kini negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik harus menghadapi kemungkinan guncangan dan resesi finansial akibat Covid-19.
‘’Pertumbuhan negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik untuk tahun 2020 diproyeksikan melambat menjadi 2,1 persen pada skenario baseline dan menjadi negatif 0,5 untuk skenario lebih rendah, dari perkiraan 5,8 persen pada 2019,’’ ujar Kwakwa, kemarin (31/3).
Dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang akurat menjadi sangat sulit. Sehingga, dalam laporan terbarunya, World Bank menyajikan skenario dasar (baseline) serta skenario alternatif yang lebih rendah (lower scenario).
Pertumbuhan negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik untuk tahun 2020 diproyeksikan melambat menjadi 2,1 persen pada skenario baseline dan menjadi negatif 0,5 untuk skenario lebih rendah, dari perkiraan 5,8 persen pada 2019.
Dia menjelaskan, pertumbuhan di Tiongkok untuk tahun 2020 diproyeksikan turun menjadi 2,3 persen pada skenario baseline dan 0,1 persen dalam skenario lebih rendah, dari 6,1 persen pada tahun 2019. Selain itu, risiko yang diakibatkan tekanan pasar keuangan akan tetap tinggi.
World Bank juga menyebut, guncangan Covid-19 juga akan berdampak serius pada pengentasan kemiskinan. Dalam laporan terbarunya, World Bank memperkirakan bahwa pada skenario baseline, pada tahun 2020 orang yang akan keluar dari kemiskinan di kawasan akan berkurang sebanyak hampir 24 juta dibanding bila tidak ada pandemi (menggunakan garis kemiskinan USD 5,50 / hari).
‘’Jika situasi ekonomi memburuk, dan skenario lebih rendah yang terjadi, maka jumlah penduduk miskin bertambah sekitar 11 juta orang. Proyeksi sebelumnya memperkirakan bahwa hampir 35 juta orang akan keluar dari kemiskinan di Asia Timur dan Pasifik pada tahun 2020, termasuk lebih dari 25 juta di Tiongkok saja,’’ urainya.
Menurut Wolrd Bank, persoalan yang terjadi sekarang adalah kombinasi dari beberapa gangguan yang tidak biasa dan memiliki dampak negatif yang saling menguatkan. Kesulitan ekonomi yang signifikan tampaknya tidak akan terhindarkan.
Negara-negara di kawasan tersebut harus berinvestasi dalam sektor kesehatan dan mengambil langkah-langkah fiskal yang ditargetkan. Misalnya memberikan subsidi untuk pembayaran pasien positif corona dan perawatan kesehatan.
Kwakwa menyebut, kebijakan fiskal seperti subsidi untuk membiayai pasien dan perawatan kesehatan akan membantu penanggulangan Covid-19 dan memastikan bahwa kerugian sementara dalam bidang ekonomi tidak berubah menjadi kerugian jangka panjang dalam bentuk kemanusiaan.
‘’Selain aksi nasional yang berani, kerja sama internasional yang lebih dalam bisa menjadi vaksin yang paling efektif untuk melawan ancaman ini. Negara-negara di Asia Timur dan Pasifik serta di tempat lain harus melawan penyakit ini bersama-sama, menjaga perdagangan tetap terbuka dan mengoordinasikan kebijakan ekonomi makro,’’ imbuh Aaditya Mattoo, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik. (dee)