SANGATTA–Tidak semua desa di Kutim bisa menyetor data orang dalam pantauan (ODP), maupun pasien dalam pengawasan (PDP). Rencananya dihimpun menjadi satu. Lantaran terkendala jaringan, semuanya tidak maksimal.
Dari 139 desa yang ada di Kutim, masih ada 30–40 persen belum mumpuni. Padahal, Diskominfo Perstik berupaya menghimpun data agar masyarakat yang ingin mencari informasi perihal perkembangan Coronavirus Disease (Covid-19) dapat lebih mudah. Seluruh desa hingga kecamatan harus menghimpun data dan menyetornya ke Diskominfo.
Raja, staf Badan Pusat Statistik (BPS) Kutim, menyampaikan pihaknya merasa kesulitan saat memetakan zona terkait kasus Covid-19, karena data dari beberapa kecamatan sulit didapat. "Dengan data itulah, kami bisa petakan, tapi karena tidak adanya data, kami tidak bisa memetakan zona-zona di tiap daerah," ungkap dia.
Data dari semua kecamatan dapat terhimpun, Kutim akan sangat mudah mengantisipasi dan melaksanakan sosialisasi. "Kalau zona sudah terpetakan, bisa tahu sasaran penyediaan pangan di kecamatan mana yang membutuhkan. Kalau ada data kan mudah," tegas dia. Jika data terakumulasi secara spesifik, informasi tidak akan simpang siur. "Dari data ini juga bisa dilihat, warga Kutim yang terindikasi pada usia berapa, jenis kelamin apa, di kecamatan mana saja, itu mudah mengantisipasinya. Dengan melihat data sudah tahu langkah apa yang harus ditempuh," tambahnya.
Menurut dia, data detail tidak akan dibocorkan. Dalam penghimpunan itu tidak memerlukan nama. Hanya umur dan alamat yang tidak lengkap, serta terjamin tidak akan dipublikasikan. "Kita jadi tahu, misalnya banyak menyerang usia tua, bisa pahami harusnya bagaimana," tuturnya.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Kominfo Perstik Kutim Suprihanto menyampaikan, seluruh informasi baiknya bisa terhimpun dalam satu pintu. Sehingga tidak ada lagi selisih paham di antara masyarakat. Untuk itu, dia sedang menyelesaikan website yang dapat diakses siapa saja. "Kalau memang bisa jadi satu pintu sebagai call center, sehingga tidak lagi info merebak di masyarakat. Apalagi media sosial selalu memberi kabar lebih cepat," jelas dia.
Upaya lain yang dilakukan pihaknya, agar masyarakat bisa mengakses info dengan mudah dan valid. Dia tetap berupaya menghimpun data dari tiap desa dengan melibatkan camat. "Kalau datanya tidak bisa disetor karena jaringan, camat harus mengirim lewat SMS," tegas dia. (*/la/dra/k8)