Kisah Wanita Umur 102 asal Italia yang Sembuh dari Flu Spanyol dan Korona

- Senin, 30 Maret 2020 | 14:38 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Di tengah semua kabar buruk, Italia juga menerima kabar baik. Mereka baru saja menerima kisah mengagumkan dari perempuan berusia 102 tahun. Italica Grondona dikabarkan baru saja sembuh setelah dirawat di rumah sakit selama 20 hari.

’’Kami menjuluki dia highlander,’’ ungkap Vera Sicbaldi, dokter yang menangani Grondona, kepada CNN. Julukan highlander terinspirasi dari sebuah serial televisi tahun 1986 yang sangat populer. Serial itu menceritakan manusia-manusia kekal yang hanya bisa mati jika kepala mereka dipenggal.

Gelar Grondona disebut pantas didapatkan. Awal Maret perempuan itu dilarikan ke rumah sakit karena gagal jantung ringan. Setelah diperiksa, dia juga terbukti positif Covid-19. Yang menakjubkan, Grondona pulih dengan sendirinya tanpa bantuan yang banyak dari tim medis. ’’Dia adalah harapan bagi semua lansia yang takut menghadapi wabah ini,’’ ungkap Sicbaldi.

Saking kagumnya, tim dokter pun memutuskan untuk mempelajari ketahanan tubuh Grondona lebih dalam. Sebab, usianya yang sudah menembus 100 tahun itu menunjukkan bahwa dia juga bertahan hidup di tengah wabah flu Spanyol yang terjadi pada 1917. Wabah awal abad ke-20 itu membunuh 50 juta orang di berbagai penjuru dunia. ”Saya tidak tahu apa rahasianya. Yang saya tahu, dia sangat menikmati hidup,’’ ujar Renato Villa, keponakan Grondona.

Di sisi lain, Amerika Serikat justru harus melaporkan kabar buruk. Pemerintah Negara Bagian illinois melaporkan kematian pasien Covid-19 Sabtu lalu (28/3). Itu adalah kasus kematian anak-anak yang pertama di AS. ’’Selama ini belum ada kematian virus korona yang dikatikan dengan bayi,’’ ujar Kepala Departemen Kesehatan Publik Illinois Ngozi Ezike seperti dilansir Channel News Asia.

Gubernur Illinois J.B. Pritzker mengatakan bahwa pasien bayi itu berasal dari Chicago. Balita yang berumur kurang dari 1 tahun tersebut sudah disimpulkan positif menderita virus korona sebelum meninggal. ’’Kami tahu bahwa berita ini sulit diterima terutama oleh keluarga. Kami berjanji menyelidiki kasus ini sampai tuntas,’’ ungkap Ezike.

Sebelumnya, pemerintah Negara Bagian California mengatakan bahwa seorang remaja positif Covid-19 telah meninggal. Namun, mereka mengatakan bahwa belum tentu kematian tersebut disebabkan virus korona.

Menurut penelitian terbaru di Tiongkok, anak-anak merupakan salah satu pasien yang paling susah dideteksi. Pasalnya, sebagian besar pasien anak tak mengalami gejala virus korona yang keras. Dari 36 anak yang dipelajari di Zhejiang, Tiongkok, 10 anak tidak menunjukkan gejala sama sekali. Lalu, 7 anak hanya menunjukkan gangguan pernapasan yang ringan. (bil/c10/tom)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X