Mencari Pelicin CPO Kaltim

- Senin, 30 Maret 2020 | 12:17 WIB

Menurunnya perekonomian dunia akibat virus corona diprediksi berdampak pada penurunan harga crude palm oil (CPO). Apalagi beberapa negara mulai melakukan lockdown, termasuk India yang tercatat sebagai salah satu negara pengimpor minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

BALIKPAPAN – Sempat membaik pada awal tahun ini, harga minyak kelapa sawit kembali mendapat tekanan. Ini seiring permintaan dari negara-negara penimpor yang berpeluang menurun akibat lockdown. Terbaru, India memutuskan untuk lockdown selama 23 hari. Diketahui, India merupakan negara tujuan ekspor CPO Kaltim setelah Tiongkok dengan kontribusi 8,8 persen.

Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Azwal Ridwan mengatakan, industri sawit dalam negeri diperkirakan akan menghadapai tantangan berat. “Situasi politik dan ekonomi dunia akhir-akhir ini berada pada situasi tidak pasti seiring dengan penyebaran virus corona. Di Kaltim bahkan jumlah positif terus bertambah,” tuturnya, Minggu (29/3).

Menurutnya, pandemi corona dikhawatirkan akan berlangsung sampai Lebaran atau bahkan lebih. Sementara banyak pakar dunia memperkirakan puncak pandemik corona akan terjadi pada sekitar Mei-Juni. Situasi ini dikhawatirkan akan menekan harga minyak nabati, termasuk minyak sawit.

Azmal mengatakan, pandemi corona yang melanda hampir di seluruh dunia bakal menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi global. Hal ini berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati, terutama minyak nabati yang diimpor. “Negara maju saat ini banyak yang melakukan lockdown. Aktivitas ekonomi mati atau lumpuh. Tujuan ekspor kami banyak ke Eropa dan Asia Timur. Kalau begini bakal memukul CPO,” bebernya.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak bumi yang tidak menentu karena ketidaksepakatan antara OPEC dan Rusia akan turut semakin memengaruhi ekonomi global. Ia menegaskan setiap perusahaan perkebunan juga perlu memperkuat kembali koordinasi dengan instansi terkait dan memeriksa kesiapan sarana dan prasarana pencegahan kebakaran yang dimiliki.

Mengandalkan konsumsi dalam negeri, lanjut Azmal masih belum bisa maksimal. Sebab penerapan B30 bahkan B100 mandek. Pemerintah saat ini fokus ke penanganan corona. “Kami pengusaha hanya bisa berharap segera membaik,” imbuhnya.

Gapki juga khawatir pandemi corona akan menekan harga minyak nabati, karena wabah ini diperkirakan akan berlangsung dalam waktu yang panjang. "Ini menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi global yang berakibat pada penurunan konsumsi minyak nabati, terutama minyak nabati yang diimpor," ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono seperti dikutip dari siaran pers.

BPS Kaltim mencatat, nilai ekspor Kaltim Januari 2020 mencapai USD 1,24 miliar atau mengalami penurunan sebesar 8,65 persen dibanding dengan ekspor Desember 2019. Sementara bila dibanding Januari 2019 mengalami penurunan sebesar 13,90 persen. (aji/ndu2)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X