Laboratorium Virus di Kaltim di Bawah Standar

- Minggu, 29 Maret 2020 | 10:32 WIB

Dalam kondisi saat ini, banyak daerah harus mengambil keputusan cepat. Ironisnya, pemda belum punya patokan terkait kebijakan karantina wilayah.

 

SAMARINDA–Sekitar 2.400 perangkat alat tes cepat atau rapid test corona telah tiba di Kaltim. Keberadaan alat ini akan memudahkan penanganan wabah virus corona. Hingga Jumat (27/3), masih terdapat 27 pasien dalam pengawasan (PDP) yang menunggu hasil pemeriksaan. Sementara jumlah kasus positif masih berada di angka 11 orang.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim Andi M Ishak menuturkan, kasus PDP di Kaltim totalnya ada 70 kasus dengan 11 positif, 32 negatif, dan 27 masih menunggu hasil. Angka tersebut, termasuk lima PDP yang masuk kemarin (27/3). "Satu orang di Kukar dengan riwayat perjalanan ke Bogor. Keluhannya demam dan batuk," kata Andi. PDP 2 Kukar diduga melakukan kontak erat dengan pasien positif Covid-19, Kukar 1. "Lalu di Berau, pasien diduga kontak erat dengan Bontang 1 (klaster KPU), Meski tidak ada gangguan medis, karena melakukan kontak dengan pasien positif, maka yang bersangkutan ditetapkan sebagai PDP. Saat ini pasien dirawat di RSUD Abdul Rivai," kata Andi.

Terakhir, satu pasien baru di kategori PDP di Samarinda, memiliki riwayat perjalanan dari Jogjakarta. PDP ini tidak berhubungan dengan klaster mana pun. Mengenai rapid test, Andi menuturkan, proses distribusi ke setiap kabupaten/kota di Kaltim sedang berlangsung.

"Namun, yang langsung didistribusikan adalah RSUD AWS (Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie) dan RSUD Kanudjoso Djatiwibowo," jelas Andi. Namun, meski rapid test bisa dilaksanakan di Kaltim, untuk pemeriksaan swab yang lebih akurat, tetap harus bergantung pada laboratorium di Jakarta. Padahal, Kaltim punya laboratorium kesehatan yang sebelumnya dipakai untuk pemeriksaan kasus flu burung beberapa tahun lalu.

Andi menegaskan, pemerintah telah menentukan siapa saja yang diprioritaskan untuk dilakukan rapid test corona. Pertama adalah orang yang telah kontak dekat pasien positif. Baik yang dirawat di rumah sakit maupun yang mengisolasi diri di rumah. Kedua adalah tenaga kesehatan. Rapid test ini dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antibodi, bukan melakukan pemeriksaan langsung terhadap virusnya.

Metode digunakan untuk skrining terhadap adanya kasus positif di masyarakat. Karena itu, yang diperiksa adalah antibodinya di dalam darah. Sehingga spesimen yang diambil adalah darah. Sementara itu, dibutuhkan 6 hingga 7 hari hingga terbentuk antibodi untuk kemudian bisa diidentifikasi darahnya. Kalau hasilnya positif maka diyakini pasien sedang terinfeksi corona.

Tetapi kalau hasilnya negatif dua kali pemeriksaan, maka bisa diyakini pasien tidak terinfeksi corona. Namun sangat mungkin bisa terinfeksi. ''Meskipun pada hasil pemeriksaan pertama negatif maka kita akan tetap meminta pasien jaga jarak dengan orang lain supaya tidak ada proses penularan. Ini penting dan harus dilaksanakan bersama-sama. Yang hasilnya positif akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan antigen melalui pemeriksaan swab dan kemudian PCR,'' imbuhnya.

Diharapkan, dengan dilakukannya rapid test dapat menjaring secara cepat keberadaan kasus positif. Andi menyatakan, ada tes yang lebih akurat dengan pemeriksaan spesimen. Tetapi, harus melalui uji laboratorium. Di Indonesia, laboratorium kesehatan yang bisa digunakan untuk memeriksa spesimen untuk identifikasi Covid-19 ini ada di Surabaya, Jakarta, dan Makassar. Padahal, dengan adanya laboratorium, hasil pemeriksaan bisa diketahui lebih cepat.

Kaltim pun sebenarnya punya laboratorium kesehatan. Dahulu, digunakan untuk menguji kasus flu burung. Tetapi, laboratorium itu tak bisa digunakan untuk kasus Covid-19 saat ini. Dijelaskan Andi, pada dasarnya untuk melakukan uji laboratorium ini ada beberapa peralatan yang diharuskan berstandar WHO. "Kita punya laboratorium kesehatan tapi belum memenuhi standar. Salah satunya, ruangan yang sebenarnya sudah memenuhi. Tetapi, sebagian ruangan masih ada yang rusak. Perlu waktu buat memperbaiki," kata Andi.

Di sisi lain, alat untuk pemeriksaan juga ada yang rusak. Selain itu, untuk melakukan pemeriksaan diperlukan reagen. Nah, jumlah reagen ini juga terbatas di Indonesia.

 

KEPALA DAERAH JANGAN SEMBARANGAN AMBIL KEBIJAKAN

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X