Bambang Iswanto
Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
SAAT ini semua khusyuk membicarakan Covid-19. Hampir seluruh media, menempatkannya sebagai headline dalam beberapa pekan terakhir. Negara-negara luar sudah lebih dahulu menjadikan Covid-19 sebagai berita besar yang wajib diantisipasi secara serius.
Bahkan sejak awal mereka sudah mewanti-wanti agar Indonesia bersiaga penuh karena negara yang rentan virus mematikan itu sejak awal penyebarannya. Prediktor yang menyebut Indonesia sebagai negara rentan terpapar virus bukan kelas kaleng-kaleng. Lembaga kesehatan dunia WHO dan peneliti dari Harvard University, epidemiologist Marc Lipsitch.
Mereka tidak percaya penjelasan beberapa pejabat Indonesia yang menyebut Indonesia bebas virus corona. Indonesia memilki gerbang lebar keluar masuk pendatang dari Tiongkok.
Mustahil jika gerbang tidak ditutup dapat membendung virus. Alasan yang sangat logis. Sepertinya pemerintah pusat pada saat itu masih percaya diri bahwa Indonesia tidak kebobolan dengan protokol standar dan hanya mengonsentrasikan pada warga negara Indonesia (WNI) yang suspect saja.
Belum sampai pada upaya penutupan akses penumpang dari negara-negara yang sudah terjangkit dan usaha isolasi warga. Upaya penjemputan WNI di Wuhan dan mengobservasinya di Natuna dan observasi WNI yang bekerja di kapal pesiar yang penumpangnya terpapar virus corona, dirasa seperti sudah jadi usaha maksimal Pemerintah Indonesia.
Pemerintah sudah mulai benar-benar serius ketika ditemukan kasus dua penderita positif Covid-19 di Depok pada 2 Maret 2020. Disusul dengan “serbuan” data suspect, orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP) dari daerah-daerah lain yang tiba-tiba drastis.
Kemudian virus juga menjangkit Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Selanjutnya Indonesia benar-benar mengibarkan bendera perang sejak terjadi kematian kasus Covid-19 di Indonesia yang menimpa WNA.
Pergerakan data kasus Covid-19 per 25 Maret 2020 menunjukkan angka signifikan. Tercatat ada 893 kasus positif, 78 pasien meninggal dunia, dan 35 pasien dinyatakan sembuh sejak 2 Maret yang hanya tercatat dua kasus penderita positif.
Sekarang saatnya semua terlibat dalam penanganan Covid-19. Tidak saatnya menoleh ke belakang mencari kambing hitam dengan mengatakan Indonesia terlambat. Pandemi virus corona sudah masuk wilayah Indonesia.
Pemerintah sudah menyadari betapa keseriusan ekstra harus dilakukan. Sudah terlihat upaya masif gerakan physical distancing. Menghindari kerumunan dan banyaknya orang berkumpul.