Energi Angin Pecahkan Rekor

- Jumat, 27 Maret 2020 | 12:59 WIB
Total kapasitas dari pembangkit listrik tenaga angin yang dipasang tahun lalu mencapai 60,4 gigawatt (GW). Angka tersebut lebih besar 19 persen dibanding rekor 2018.
Total kapasitas dari pembangkit listrik tenaga angin yang dipasang tahun lalu mencapai 60,4 gigawatt (GW). Angka tersebut lebih besar 19 persen dibanding rekor 2018.

BRUSSELS - Pengembangan energi terbarukan dalam tingkat global terus menunjukkan kabar baik. Rabu lalu (25/3), Global Wind Energy Council (GWEC) merilis laporan pengembangan energi listrik tenaga angin di dunia tahun lalu. Menurut mereka, pertumbuhan energi tersebut kembali memecahkan rekor.

Chief Executive GWEC Ben Backwell memaparkan, total kapasitas dari pembangkit listrik tenaga angin yang dipasang tahun lalu mencapai 60,4 gigawatt (GW). Angka tersebut lebih besar 19 persen dibanding rekor 2018. Pemasangan tersebut didominasi oleh Tiongkok dan AS. Dua negara itu yang menguasai 60 persen dari total kapasitas baru.

Pembangkit baru tahun lalu membuat total kapasitas energi angin global menjadi 651 GW. Naik 10 persen dibanding tahun lalu. ’’Sektor energi angin terus mengalami pertumbuhan yang konsisten. Ini membuktikan bahwa sektor tersebut merupakan energi terbarukan dengan ongkos yang kompetitif,’’ ungkapnya seperti yang dilansir oleh The Guardian.

Rekor 2019 disertai oleh banyak kemajuan. Pasalnya, dua pertiga dari kapasitas yang baru terpasang melalui proses pelelangan komersial. Itu artinya sebagian besar pelaku industri pembangkit listrik tenaga angin tak lagi mengandalkan tarif subsidi alias feed in tariffs.

Industri tersebut juga melihat kemajuan pada salah satu sektor baru. Yakni, pembangkit tenaga angin lepas pantai. Tahun lalu, total kapasitas dari lapangan turbin angin di lautan mencapai 6,1 GW. Tambahan tersebut membuat total kapasitas energi angin lepas pantai menjadi 29,1 GW. Kontribusi terbesar masih dipegang oleh Inggris dengan total 9,7 GW.

Sampai saat ini, industri energi angin masih didominasi oleh wilayah Asia Pasifik dan Eropa. Namun, GWEC melihat wilayah Asia Tenggara sebagai pemain baru yang bisa ikut mendominasi industri tersebut. Negara yang diprediksi memimpin wilayah tersebut adalah Thailand dan Vietnam. (bil/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X