SURABAYA– Tim Pengendalian Inflasi Daerah Jawa Timur (TPID Jatim) berupaya keras menahan lonjakan inflasi akibat wabah Covid-19. Demi meredam panic buying, mereka memastikan pasokan komoditas, terutama bahan pokok, mencukupi. Apalagi, Ramadan sudah di depan mata.
Belakangan, pemerintah membatasi belanja bahan pokok seperti beras dan minyak goreng. Pembatasan itu diyakini bisa mengendalikan angka inflasi. Februari lalu, inflasi Jatim tercatat 0,31 persen secara month-on-month (MoM). Sementara itu, sejak Januari hingga Februari, inflasi tercatat 0,81 persen.
Februari lalu, inflasi terjadi gara-gara harga bawang putih naik hingga 46,61 persen. Sebab, pasokan bawang putih di pasar juga berkurang drastis gara-gara eksporter utamanya sibuk menangani pandemi Covid-19 saat itu. Kini perekonomian Tiongkok berangsur normal.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah mengatakan bahwa TPID berupaya mencegah kenaikan harga dan memastikan pasokan di pasar cukup. Bukan hanya bawang putih, melainkan juga komoditas lain seperti cabai merah dan daging ayam ras. Demikian juga beberapa komoditas lain penyumbang inflasi.
’’Yang kami perhatikan lebih itu gula,’’ tuturnya (24/3). Rata-rata harga gula pasir lokal kemarin Rp 17.650 per kilogram. Permintaan gula menjelang Ramadan ditengarai meningkat. Di sisi lain, pasokan yang menipis membuat harga naik. Tetapi, Difi yang juga wakil ketua TPID mengimbau masyarakat tetap tenang. Jika perlu, impor gula akan dilakukan untuk menstabilkan harga.
Sebelumnya, Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim Harmanta menjelaskan bahwa pasokan gula perlu diberi perhatian khusus. Terutama menjelang Ramadan seperti sekarang. ’’Untuk bawang putih, sudah mulai melandai inflasinya saat memasuki Maret. Gula tentunya juga perlu pasokan yang cukup (agar tidak memicu inflasi, Red.)” ungkapnya. (rin/c20/hep)