Setelah Menhub, Dirjen Perkeretaapian Dinyatakan Positif Covid-19

- Rabu, 25 Maret 2020 | 13:17 WIB
Kedatangan alat medis.
Kedatangan alat medis.

JAKARTA– Coronavirus disease 2019 (Covid-19) dapat menyerang siapapun. Setelah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dinyatakan positif, (24/3) Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri juga dinyatakan positif. Di sisi lain, pemerintah terus berupaya dalam menemukan kasus secara dini.

Zulfikri melalui pernyataan tertulisnya menyatakan bahwa kemarin pagi hasil tes Covid-19nya menunjukkan positif. Dia melakukan swab tes pada 19 Meret di Kantor Kemenhub. ”Pada saat itu semua peserta test berstatus ODP (orang dalam pemantauan) dan diminta isolasi rumah menunggu hasil. Alhamdulillah istri dinyatakan negatif,” ujarnya.

Zulfikri saat ini diminta isolasi kamar dan menunggu arahan dari satgas convid-19. Rencananya dia akan kembali di-swab test kembali utk melihat perkembangan. ”Sampai sekarang dalam keadaan sehat. Tanpa demam, tanpa batuk, dan tanpa sesak napas,” tuturnya.

Sebelumnya dia menjalani rawat inap karena pneumonia. Gejalanya batuk kecil. Rawat inap dilakukan pada 9 sampai 13 Maret. ”Diperbolehkan kembali ke rumah dengan diberi antibiotik. 21 Maret sudah dinyatakan membaik dan tidak diberikan antibiotic,” ucapnya.

Zulfikri meminta agar siapa pun yang pernah kontak dengannya dalam kurun waktu dua minggu lalu untuk segera ke petugas medis. Khususnya yang memiliki gejala atau riwayat kesehatan yg kurang baik.

Kemarin, Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan bahwa ada penambahan kasus positif mencapai 107 kasus. Jika diakumulasi maka jumlah penderita Covid-19 yang terdeteksi ada 686 orang. Sedangkan kasus sembuh bertambah enam orang menjadi 55 kasus. ”Tidak ada penembahan kasus sembuh. Sehingga jumlah total masih sama yakni 30 kasus. Tapi ada sudah sekali diperiksa negatif dan kalau pemeriksaan kedua negatif maka dinyatakan sembuh,” ungkapnya.

Untuk melakukan skrining, pemerintah telah menggunakan rapid test. Yuri menyatakan bahwa metode tersebut untuk memeriksa antibody. ”Bukan pemeriksaan langsung ke virus. Kalau virus dnegan swab,” ungkapnya.

Lebih lanjut Yuri menyatakan bahwa metode rapid test ini untuk penjaringan secara kasar. Dia mengakui bahwa hasil negatif pada rapid test bukan berarti bebas Covid-19. Ada kemungkinan peserta tes baru memasuki tahap awal terinfeksi Covid-19 sehingga belum terlihat antibody dalam darahnya. ”Dibutuhkan waktu enam sampai tujuh hari sampai terlihat,” katanya. Untuk itu bagi mereka yang rapid test pertama negatif, akan diulang pada hari ke sepuluh. Pada mereka yang dilakukan rapid test pertama negatif, maka mereka tetap harus menjaga jarak dalam komunikasi sosial.

Yuri menyatakan bahwa rapid test diutamakan bagi mereka yang kontak dekat dengan kasus positif yang sudah terkonfirmasi di rumah sakit atau sedang diisolasi di rumah. Selain itu ditujukan pada tenaga kesehatan yang menangani Covid. ”Kalau nanti alat tes yang datang semakin banyak, rapid test akan berbasis pada wilayah,”ucapnya.

Kemarin sudah 125 ribu kit rapid test dibagikan ke 34 propinsi. Nantinya, dinas kesehatan propinsi yang akan memandu pelaksanaan trasing di daerahnya. Termasuk menentukan siapa saja yang dites.

Semetara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menginstruksikan jajaran kepala daerah untuk menyiapkan teknis pelaksaan rapid test yang aman. Dia menginggatkan, jangan sampai pelaksaan rapid test justru menjadi peluang penyebaran virus akibat manajemen yang tidak dikelola baik.

“Ada kemungkinan petugas kesehatan dan masyarakat yang akan dites lalai, bergerombol, dan tak mematuhi prosedur saat rapid tes berlangsung,” ujarnya kemarin. Apalagi, proses ini relatif baru dilakukan di Indonesia. Sehingga masyarakat maupun petugas relatif belum pengalaman.

Untuk itu, kepala daerah bersama dinas kesehatan perlu mengatur teknisnya. Selain mengelola waktu pelaksanaannya agar tidak berkerumun, perlu juga disiapkan peralatan pencegah penularan virus. Seperti memakai sarung tangan, masker mulut, sanitiser, hingga memastikan jarak aman bagi peserta.

”Minimal jarak perimeter antar orang yang menunggu giliran di tes harus 1,5 meter,” imbuhnya. Tito lantas mencontohkan teknis pelaksanaan rapid test massal di Korea yang dinilai sangat aman. Di mana tes dilakukan di bilik terisolasi terbuat dari plastik yang setiap saat dibersihkan dengan disinfektan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X