Konservasi dan Refleksi Hari Air Sedunia, Lestarikan dan Jaga Ekosistem Sungai

- Senin, 23 Maret 2020 | 15:02 WIB
SUMBER KEHIDUPAN: Kawasan perairan sungai di hulu Kukar menjadi wilayah konservasi. Tak hanya terkait habitat pesut, tapi juga keberlangsungan ekonomi warga. DOK/KP
SUMBER KEHIDUPAN: Kawasan perairan sungai di hulu Kukar menjadi wilayah konservasi. Tak hanya terkait habitat pesut, tapi juga keberlangsungan ekonomi warga. DOK/KP

Kerusakan ekosistem kawasan perairan, secara tidak langsung merusak tatanan kehidupan. Peringatan Hari Air Sedunia pada 22 Maret patut menjadi refleksi para pemangku kebijakan.

 

MEDIO 2000, seorang anak di kawasan hulu Kukar diberi kesempatan oleh Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) untuk memberi nama seekor pesut mahakam. Sebelumnya, RASI membuat katalog daftar foto pesut yang berhasil diidentifikasi.

Bentuk sirip pesut menjadi penanda sekaligus pembeda antara pesut satu dan yang lainnya. Nama Rani pun dipilih sebagai penanda pesut jantan tersebut. Siapa sangka, 20 tahun kemudian, bertepatan pada Kamis (19/3), mamalia langka dan dilindungi itu ditemukan mati.

Hewan itu ditemukan mengapung oleh sejumlah warga tak jauh dari dermaga penyeberangan. Isra, salah satu warga yang pertama melihat bangkai pesut itu, langsung melapor ke aparatur desa.

Warga di desa itu memang sudah pernah mendapat sosialisasi dari pemerintah serta Yayasan RASI untuk menanggulangi jika menemukan pesut mati atau tersangkut jaring nelayan.

Langkah yang dilakukan, seperti pengambilan dokumentasi serta melaporkan kronologi kejadian dengan pihak desa dan meneruskannya ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Yayasan RASI. 

“Ditemukannya saat itu mengapung di perairan Desa Pela. Masyarakat juga langsung berkoordinasi dengan pihak pemerintah desa dan instansi terkait,” ujar Kepala Desa Pela Sopiannur.

Sebagaimana diketahui, perairan di Sungai Pela memang masuk kawasan habitat perlindungan pesut mahakam. Hingga saat ini, pesut mahakam diperkirakan tersisa sekitar 81 ekor.

Kawasan perairan di Kukar tak hanya beririsan dengan habitat pesut mahakam. Misalnya, kawasan Danau Kaskade Mahakam yang menjadi drainase alam dan masuk 15 danau kritis di Indonesia sejak 2011.

Sejumlah persoalan seperti berkurangnya daerah tangkapan air, erosi, sedimentasi, pencemaran air, hilangnya vegetasi perairan danau, hingga tak terkontrolnya limbah rumah tangga bakal menjadi tantangan.

Ketua Forum DAS Kaltim Mislan dan akademisi lainnya menerbitkan sebuah artikel bertajuk Penyelamatan Danau Kaskade Mahakam untuk Mendukung Ketahanan Air di DAS Mahakam.

Dari naskah akademik tersebut, diuraikan bahwa selain sebagai kawasan retensi banjir Sungai Mahakam, Danau Kaskade Mahakam memiliki keanekaragaman hayati. Di antaranya, 86 jenis ikan tawar, 125 jenis burung, 24 jenis mamalia, dan 16 jenis reptilia dan amfibi, serta 300 jenis pohon.

Dari segi ekonomi, menyumbang pendapatan sekitar Rp 75 miliar per tahun dari budi daya perikanan. Belum terhitung pendapatan lain seperti pertanian, perkebunan, dan hasil nonkayu kehutanan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X