Tak Ada Nyawa Seharga Ikan

- Senin, 23 Maret 2020 | 10:13 WIB
Romdani
Romdani

Oleh Romdani

Wakil Pemimpin Redaksi Kaltim Post*

 

 

DI suatu malam saya harus berdebat panjang dengan istri. Panjang sekali. Tapi bergizi. Akhirnya muncul sebuah kesimpulan. Bahwa virus corona harus dilawan. Bersama-sama.

Malam itu, istri bertanya. Apakah jadi mancing? Dengan tren penyebaran virus Wuhan yang begitu masif. Saya mesti menjawab jujur. Saya ingin mancing. Karena sudah lama saya menunggu momen itu. Sejak dua bulan lalu saya memesan kursi. Untuk trip mancing 25-26 Maret. Sedianya bulan lalu saya akan mancing. Namun, nakhoda kapal membatalkan. Karena gelombang tinggi mencapai 2 meter. Dia tak berani melaut.

Lama saya tak turun ke laut. Merasakan segarnya Laut Sulawesi. Merasakan tarikan ikan. Rindu bercengkerama dengan sesama pehobi mancing. Rindu pula makan di atas kapal ditemani semilir angin.

Namun, keinginan saya itu segera mendapat penolakan. Istri saya sudah biasa melarang. Tapi saya suka membangkang. Akhirnya lama-kelamaan istri jadi luluh. Saya kerap diberi izin mancing. Namun, tidak selalu. Ada momen tertentu keinginan saya ditolak. Tapi ya sudahlah. Sekali ditolak, trip mancing lainnya masih bisa berangkat he-he-he.

Namun, penolakan kali ini terasa lebih serius. Jauh lebih serius dari biasanya. Kekhawatirannya berlipat. Otaknya liar. Memikirkan nasib sang suami bila tetap memaksa berangkat mancing.

Lagi-lagi saya mencoba meyakinkan istri. Kan lokasi mancingnya itu “terisolasi”. Jauh dari hiruk-pikuk kota. Jauh dari keramaian orang yang terpapar virus. Bahkan di tengah laut lepas. Namun, alasan saya itu tak cukup ampuh.

Salah satu penyebabnya, mancing kali ini berangkat dari Samarinda. Yang sebagian besar pesertanya tak saya dikenali. Bagaimana kehidupan peserta mancing lainnya nyaris belum diketahui. Dengan siapa mereka berkawan. Di mana mereka bekerja. Nyaris tidak mengetahui riwayatnya. Dari situ istri melarang.

Apalagi dalam kapal yang mampu menampung puluhan orang itu diisi 11 pemancing dengan satu nakhoda dan dua anak buah kapal (ABK). Perjalanan dari dermaga ke spot memerlukan waktu sekitar 10-11 jam. Potensi ada peserta mancing yang terinfeksi virus corona juga sangat dimungkinkan. Walau kami tak tahu. Rekayasa itu yang menghantui pikiran istri.

Istri ternyata lebih aware terhadap penyebaran virus corona. Padahal saya kurang apa. Sehari-hari dicekokin berita seputar virus mematikan itu. Berbagai informasi saya baca hanya untuk mengetahui lebih dalam penyakit itu. Tapi tetap saja. Di mata istri, saya dianggap kurang peduli. Salah satunya memaksakan mancing he-he-he.

Istri benar-benar tak mau mengalah. Terus meyakinkan ke saya tentang bahaya corona. Salah satu yang dia tekankan adalah, ketika saya mancing. Memang saya tidak terinfeksi. Bisa jadi daya tahan tubuh saya kuat. Bisa melawan virus yang masuk.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X