WALI Kota Balikpapan Rizal Effendi menegaskan Pemkot Balikpapan tidak melakukan penutupan pasar tradisional. Pihaknya justru telah melakukan upaya dengan penyemprotan disinfektan di setiap pasar tradisional sejak Jumat (20/3) malam.
Kemudian dilanjutkan penyemprotan ke rumah ibadah, ruang terbuka, hingga 60 sekolah di Balikpapan secara bertahap. Sebagai bentuk pencegahan dan membuat kondisi steril. Misalnya pada Sabtu (21/3) pagi, Rizal bersama BPBD Balikpapan turun langsung melakukan penyemprotan disinfektan ke tempat ibadah.
“Saat ini kami fokus dulu ke rumah ibadah untuk dilakukan penyemprotan. Kemudian Senin (23/3) mulai penyemprotan di sekolah,” ujarnya. Proses penyemprotan akan dilakukan bertahap karena mengikuti stok bahan yang tersedia. Termasuk ke wilayah lainnya.
Dia berharap, warga bisa melakukan hal serupa karena tidak mungkin semua kawasan dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan untuk keperluan masker, Pemkot Balikpapan masih menunggu barang yang dipesan dari Surabaya dan Jakarta. “Persediaan tidak hanya diperlukan Balikpapan, daerah lain juga mulai kekurangan APD (alat pelindung diri) dan bahan disinfektan,” sebutnya.
Rizal berpesan kepada warga Kota Minyak agar bisa menahan diri untuk tidak keluar rumah. Sehingga mampu mengurangi keperluan masker. Bahkan rencananya nanti Pemkot Balikpapan akan menutup tempat hiburan malam, warnet, dan pembatasan jam kerja perusahaan. Sementara ini masih menunggu surat edaran resmi.
Saat ini, ucap dia, Pemkot Balikpapan terus melakukan tracking siapa saja yang kontak dengan pasien positif corona. “Dari peta tracking, kami melihat dulu apa mereka yang kontak dengan pasien banyak atau tidak. Sekarang kami sedang petakan,” imbuhnya. Selain itu, pemerintah daerah masih menimbang untuk publikasi peta sebaran Covid-19. Mengingat banyak masyarakat yang bertanya untuk waspada.
PENYEMPROTAN MASSAL
Penyemprotan disinfektan juga menarik perhatian wakil rakyat di legislatif. Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin Panrecalle menyarankan Pemkot Balikpapan bisa melakukan penyemprotan disinfektan secara serentak di seluruh area Kota Minyak.
Menurutnya, ketika sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB), maka risiko pemerintah harus konsisten bertanggung jawab. Selain mengambil kebijakan libur selama 14 hari, Pemkot Balikpapan harus memerhatikan aspek sosial dan lingkungan seperti penyemprotan disinfektan.
Meski di negara lain, pemerintah telah mengambil langkah untuk lockdown. Sabaruddin berpendapat, Balikpapan tidak perlu terlalu jauh dan ekstrem seperti itu. Namun, tetap ada langkah yang perlu dilakukan. “Misalnya disinfektan, jangan secara parsial di tempat tertentu,” imbuhnya.
Dia menyarankan agar penyemprotan dilakukan bersamaan. Sehingga seluruh pihak yang terdiri dari 6 kecamatan dan 34 kelurahan terlibat semua di dalam pelaksanaan penyemprotan disinfektan tersebut. Sehingga tidak bertahap atau spot tertentu saja yang mendapat area penyemprotan.
“Harapan kami bahwa tidak cukup di rumah ibadah, tapi spot-spot lain yang banyak dikunjungi orang,” imbuhnya. Menurutnya itu bukan hal yang tidak mungkin dilakukan Pemkot Balikpapan. Caranya dengan melibatkan kelurahan, kecamatan, puskesmas, dan RT bahu-membahu. (gel/rom/k15)