Melawan Covid-19: Ikhtiar, Takdir, dan Tawakkal

- Sabtu, 21 Maret 2020 | 11:19 WIB

Oleh: Bambang Iswanto

Dosen IAIN Samarinda

 

Menarik mencermati cara masyarakat menyikapi pandemi Covid-19 di Indonesia. Semua mencoba berbicara dalam kapasitas masing-masing. Dari ahli sampai awam, semua membahasnya. Muncul analisis rasional sampai yang ngawur. Bahkan bercampur aduk dengan hoaks.

Salah satu yang menarik adalah diskursus Covid-19 dalam ranah agama. Ada berbagai macam pendapat tentang cara menyikapi pandemi global ini. Yang tidak menarik adalah membentur-benturkan upaya pencegahan dan penanganan wabah ini dengan takdir.

Muncul narasi-narasi yang tidak tepat dalam memahami makna takdir. Takdir dimaknai sebagai garis ketentuan Tuhan yang tidak perlu diikhtiari. Akibatnya, muncul pemikiran seolah-olah dengan tameng takdir, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Covid-19. Ungkapan gagal paham sering menggunakan redaksi “jangan takut bersalaman” atau “jangan pernah takut pergi ke acara ibadah massal” berseliweran di media sosial sebagai perlawanan terhadap imbauan positif membendung penyebaran Covid-19.

Semua orang beragama pasti yakin Tuhan berkuasa atas segala sesuatu dan telah menentukan qada dan qadar apapun yang terjadi di dunia sampai akhirat. Tidak ada yang membantah hal ini. Namun, pemahaman dan iman terhadap takdir tersebut tidak lantas membuat manusia pasrah apalagi “menantang” Covid-19.

Menantang yang dimaksud adalah tidak percaya terhadap tindakan-tindakan preventif yang dilaksanakan dan dianjurkan oleh ahlinya dan bertentangan dengan nilai agama. Padahal, pandemi ini bukan murni persoalan keyakinan tetapi perlu pemahaman utuh yang terkait dengan beberapa disiplin ilmu lain untuk mengatasinya. Ilmu kesehatan, sosial, ekonomi, eksakta, dan lain-lain disatukan untuk menelaah.

Lebih besar dari itu, Covid-19 bukan masalah agama saja, tetapi persoalan kemanusiaan. Tafsir keagamaan apapun pasti memiliki keberpihakan penuntasan masalah atau paling tidak mengurangi dampak buruk penyebaran Covid-19. 

Dalam Islam, hifzhun nafs (memelihara jiwa) menjadi bagian tujuan tertinggi dalam beragama (maqasid asy-syari’ah). Jiwa manusia harus dipelihara dengan usaha semaksimal mungkin. Bahkan dalam kondisi tertentu, hal-hal yang bertentangan dengan hukum agama yang sudah mapan sekalipun boleh diabaikan dalam rangka memelihara eksistensi jiwa manusia yang terancam.

Sebagai contoh, dalam fikih, pertanyaan “bolehkah memakan bangkai hewan ternak?” Secara normatif, dalam keadaan normal fikih pasti mengharamkan memakan bangkai. Namun, dalam kondisi darurat seperti tidak ada makanan lain yang bisa dimakan dan mengakibatkan kematian jika tidak memakan bangkai, maka keharamannya bergeser menjadi boleh. Hukum harus takluk dengan tujuan tertinggi agama yaitu menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, mempertahankan eksistensi hidup.

Menyikapi Covid-19, tidak salah jika meletakkannya pada porsi mempertahankan eksistensi kehidupan seperti contoh kasus di atas. Bahkan, Covid-19 memiliki dampak yang sangat luas, tidak sekadar berpotensi menelan korban satu jiwa seperti kasus makan bangkai, ribuan bahkan jutaan jiwa bisa melayang jika tidak diupayakan secara maksimal.

Inilah pentingnya upaya antisipasi yang tidak bisa dilenyapkan dengan mengatasnamakan takdir. Penjabaran operasional dari maqasid asy-syari’ah di atas bisa dilakukan dengan mengikuti salah satu metode para ulama ushul fiqih yaitu metode sadd al-dzari’ah, menutup atau menghalangi potensi buruk yang akan terjadi harus dilakukan, meskipun harus melarang sesuatu yang awalnya diperbolehkan atau diwajibkan.

Jika ada imbauan dari otoritas yang berwenang menentukan apa yang harus dilakukan untuk menangkal Covid-19, jangan disikapi secara frontal. Sudah sepatutnya petuah dan imbauan dari mereka dipatuhi dengan kepala dingin, termasuk hal-hal yang memiliki titik singgung antara agama dengan Covid-19.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X