Wandra Aira masuk daftar orang dalam pemantauan (ODP) Covid-19. Sejak 11 Maret lalu, dia harus diisolasi di sebuah rumah sakit rujukan dan menjalani hari-harinya dalam karantina. Wandra bersedia membagi pengalamannya kepada Kaltim Post.
=============
Semua dimulai di hari ke-5. Setelah perjalanan saya dari India berakhir. Ketika baru tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan. Seiring merebaknya Covid-19, sesuai prosedur resmi perusahaan tempat bekerja, setiap karyawan yang pulang dari bepergian dari luar negeri, wajib check-up di rumah sakit rujukan yang ditunjuk.
Fine, saya manut. Dan begitu keluar dari bandara, saya segera meluncur menuju RS dimaksud. Tiba, langsung ada sekuriti sigap menyambut. Padahal saya masih sibuk membantu driver mengeluarkan koper-koper dari dalam mobil yang menjemput.
Langsung saja saya ke bagian UGD. Mereka semua rupanya sudah siaga. Karena beberapa saat sebelum tiba, saya sudah beri informasi ke humas. Padahal saya landing jam 11-an malam. Saya dipandu masuk ke sebuah ruangan. Tulisannya “isolasi”. Langsung tinggal dan diminta tidak keluar.
Ruangan isolasi itu agak pengap. Tidak ada jendela dan ventilasi. Hanya ada meja dengan alat-alat medis. Fasilitasnya hanya kamar mandi dan tempat tidur tanpa alas.
Rupanya ada alat rontgen torax di ruangan! There I was. Lama menunggu, tiba-tiba masuk dua petugas medis menggunakan alat pelindung diri (APD). Lengkap, bak astronot. Diagnosis interview dimulai.
Mereka bertanya soal keluhan. Saya bilang cekat. Karena haus dan belum minum apapun sejak turun dari pesawat. Dicatat.
Demam? Tidak, jawab saya. Pilek? Tidak juga. Dicatat.
Lalu mereka ukur suhu tubuh. Hasilnya 36 derajat celcius. Normal.
Lalu mereka ambil sampel darah untuk dites di laboratorium. Prosedur lain dilakukan. Tenggorokan disenter. Disimpulkan mereka, saya sedang radang. Dua petugas medis lalu keluar.
Prosedur lain berlanjut. Giliran seorang petugas medis perempuan yang masuk. Dia langsung minta dilakukan tindakan rontgen torax untuk cek kondisi paru-paru.
“Tunggu hasilnya, Mba,” kata si petugas berbaju “astronot”.
“Oke Mba....,” jawab saya.