JAKARTA- Pengamat ekonomi Dradjad Hari Wibowo menggambarkan bahwa tekanan terhadap rupiah sebagai bentuk ketidakpercayaan pelaku pasar pada pemerintah dalam menangani wabah virus Corona atau Covid-19).
"Anjloknya rupiah secepat itu menunjukkan pelaku pasar tidak percaya dengan cara yang ditempuh Indonesia dalam mencegah atau menangani wabah covid-19. Akibatnya, mereka berspekulasi sangat negatif terhadap ekonomi Indonesia. China yang begitu kuat ekonominya saja merosot drastis karena corona," ucap Dradjad menjawab JPNN.com, Kamis.
Di sisi lain, katanya, tanpa terkena wabah covid-19 pun, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh di bawah 5%. Itu saat corona baru melanda China. Bahkan dirinya pernah menyatakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini hanya di kisaran 4,3%-4,8%.
"Bagaimana jika ada wabah? Entahlah. Mudah-mudahan tidak," tukasnya. Dengan situasi seperti itu, Dradjad menilai bahwa secara alami investor asing di pasar keuangan Indonesia kabur. Flight to safety, kabur mencari tempat aman. Begitu asing kabur, pelaku domestik pun ikut-ikutan, sehingga menimbulkan efek spiral.
Oleh karena itu, pihaknya menyarankan supaya Presiden Jokowi harus memutuskan untuk lebih mengutamakan penanganan Covid-19, dibanding dampak ekonominya. "Jadi seperti yang sering saya suarakan, Indonesia harus ambil prioritas yang benar. Yaitu, cegah wabah corona dulu. Ekonomi menyusul kemudian," tandasnya.
Nilai tukar rupiah pagi ini, Kamis (19/3), pukul 10.02 WIB, terus bergerak melemah ke level Rp 15.387 per dolar AS.
DAFTAR
Di perbankan tanah air, bank sudah menjual satu dolar AS di angka Rp 16.000. Berikut daftar nilai tukar rupiah terhadap dolar hari ini:
BCA: kurs jual di Rp 15.980
BNI: kurs jual di Rp 15.900
BRI: kurs jual di Rp 15.600
Panin: kurs jual di Rp 16.005
Terkait rupiah yang terus bergerak lemah, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra, mengatakan pasar masih mengantisipasi perlambatan ekonomi karena pandemi Virus Corona baru atau Covid-19. "Tekanan untuk rupiah kemungkinan masih bisa berlanjut hari ini, meskipun BI memberikan stimulus," ujar Ariston, Kamis (19/3). (Ant/fat/mg8/jpnn)