Masih banyak tenaga medis yang tak mendapat alat pelindung diri dan keterbukaan data pasien. Keberanian dr Handoko Gunawan yang telah berusia 80 tahun tak mengagetkan mantan pasien yang mengenalnya.
FERLYNDA P.-AGAS P.H., Jakarta-ADINDA A., Surabaya, Jawa Pos
UNTUK kali kesekian dr Anggraini Alam SpA(K) harus menghadapi pertanyaan itu. Dan, untuk kali kesekian pula dia harus memberikan penjelasan.
”Saya terangkan ke pasien tentang kenapa kami memakai APD (alat pelindung diri) lengkap. Itu juga agar dia tidak takut karena tidak semua kasus yang diperiksa akan berujung konfirmasi positif,” kata ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia tersebut.
Pengalaman itu dialami Anggraini saat menangani kasus pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Bandung. Si pasien yang berusia 17 tahun itu, seperti banyak pasien lain dalam kasus serupa, heran mengapa semua tenaga medis yang menanganinya memakai APD lengkap.
Padahal, APD itulah ”senjata” andalan para tenaga medis yang berada di garis depan dalam perang melawan virus korona penyebab penyakit Covid-19. Sebab, mereka termasuk kelompok yang sangat rentan tertular.
Itu pun tidak semua tenaga medis yang berjibaku menangani penyakit yang telah merenggut 19 nyawa di tanah air beruntung mendapatkan fasilitas tersebut.
Dokter Trimaharani MSi SpEM mengaku tak kuasa menahan kesedihan mengenang minimnya APD di rumah sakit tempat dirinya bertugas di Kediri, Jawa Timur. ”Tadi malam (17/3) kami stres karena ini artinya kami ada di ambang maut. Terlebih, pihak RS bilang tidak punya uang,” kata dia ketika dihubungi Jawa Pos kemarin (18/3).
Maha –sapaan akrab Trimaharani– mengungkapkan bahwa APD memang dijual dengan harga mahal belakangan. Baju hazmat, misalnya, dijual Rp 800 ribu akhir-akhir ini.
Akhirnya Maha dan sejawatnya sesama tenaga medis menyiasati kondisi tersebut. Caranya, memakai jas hujan sekali pakai sebagai baju hazmat.
Dilengkapi dengan helm safety yang biasa dijual di toko pertukangan atau industri. Semua dibeli dengan biaya sendiri. ”Kami tahu bahwa semua (barang pengganti) itu fungsinya bukan untuk kesehatan. Tapi, ini kan nyawa kami sebagai taruhan,” katanya.