Mereka yang Bertarung di Garis Depan Melawan Covid-19

- Kamis, 19 Maret 2020 | 13:58 WIB

Masih banyak tenaga medis yang tak mendapat alat pelindung diri dan keterbukaan data pasien. Keberanian dr Handoko Gunawan yang telah berusia 80 tahun tak mengagetkan mantan pasien yang mengenalnya.

 

FERLYNDA P.-AGAS P.H., Jakarta-ADINDA A., Surabaya, Jawa Pos

 

 

UNTUK kali kesekian dr Anggraini Alam SpA(K) harus menghadapi pertanyaan itu. Dan, untuk kali kesekian pula dia harus memberikan penjelasan.

”Saya terangkan ke pasien tentang kenapa kami memakai APD (alat pelindung diri) lengkap. Itu juga agar dia tidak takut karena tidak semua kasus yang diperiksa akan berujung konfirmasi positif,” kata ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia tersebut.

Pengalaman itu dialami Anggraini saat menangani kasus pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Bandung. Si pasien yang berusia 17 tahun itu, seperti banyak pasien lain dalam kasus serupa, heran mengapa semua tenaga medis yang menanganinya memakai APD lengkap.

Padahal, APD itulah ”senjata” andalan para tenaga medis yang berada di garis depan dalam perang melawan virus korona penyebab penyakit Covid-19. Sebab, mereka termasuk kelompok yang sangat rentan tertular.

Itu pun tidak semua tenaga medis yang berjibaku menangani penyakit yang telah merenggut 19 nyawa di tanah air beruntung mendapatkan fasilitas tersebut.

Dokter Trimaharani MSi SpEM mengaku tak kuasa menahan kesedihan mengenang minimnya APD di rumah sakit tempat dirinya bertugas di Kediri, Jawa Timur. ”Tadi malam (17/3) kami stres karena ini artinya kami ada di ambang maut. Terlebih, pihak RS bilang tidak punya uang,” kata dia ketika dihubungi Jawa Pos kemarin (18/3).

Maha –sapaan akrab Trimaharani– mengungkapkan bahwa APD memang dijual dengan harga mahal belakangan. Baju hazmat, misalnya, dijual Rp 800 ribu akhir-akhir ini.

Akhirnya Maha dan sejawatnya sesama tenaga medis menyiasati kondisi tersebut. Caranya, memakai jas hujan sekali pakai sebagai baju hazmat.

Dilengkapi dengan helm safety yang biasa dijual di toko pertukangan atau industri. Semua dibeli dengan biaya sendiri. ”Kami tahu bahwa semua (barang pengganti) itu fungsinya bukan untuk kesehatan. Tapi, ini kan nyawa kami sebagai taruhan,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X