Susur Sungai Mahakam, Sensasi Arungi Sungai Triliunan Rupiah

- Rabu, 18 Maret 2020 | 01:19 WIB
ANDALAN: Wisata Susur Sungai Mahakam disebut sebagai wisata andalan Samarinda. Memanfaatkan kekayaan alam Sungai Mahakam sebagai sungai terpanjang kedua se-Indonesia.
ANDALAN: Wisata Susur Sungai Mahakam disebut sebagai wisata andalan Samarinda. Memanfaatkan kekayaan alam Sungai Mahakam sebagai sungai terpanjang kedua se-Indonesia.

Samarinda bukan kota “biasa saja”. Sejarah, budaya, bangunan hingga kekayaan alamnya tak bisa dipandang sebelah mata. Satu yang istimewa, kota ini punya sungai terpanjang se-Indonesia. Menjadikannya pula sebagai jalur transportasi utama angkutan batu bara. Puluhan kapal tongkang bernilai milyaran lalu-lalang setiap harinya.

SORE itu langit tampak bersahabat. Matahari yang tertutup awan membuat suasana semakin syahdu. Semilir angin membelai lembut di pipi. Pesut Mahkota perlahan meninggalkan Dermaga Wisata Mahakam Hilir. Membawa puluhan penumpang untuk menikmati wisata susur sungai. Selama tiga jam membelah sungai, menikmati suasana senja di atas kapal.

Sungai Mahakam merupakan terpanjang kedua di Indonesia setelah Kapuas di Kalimantan Barat. Alirannya melewati empat kabupaten kota di Kalimantan Timur. Mulai Mahakam Ulu di bagian hulu, Kutai Barat (Kubar), Kutai Kartanegara (Kukar) hingga Samarinda di bagian hilir.

Disebutkan Direktur PT Darma Citra Lestari Ishak Sidik, kekayaan alam itulah yang mendorong pihaknya menjadikan Sungai Mahakam sebagai destinasi wisata. Dari lima kapal yang ada, Ishak membawahi tiga kapal. Pesut Kita, Pesut Bentong dan Pesut Mahkota.

Dua kapal lainnya yakni Pesut Mahakam dan Pesut Etam. Disebutkan Ishak, kapal wisata pertama adalah Pesut Kita dan mulai beroperasi sejak Oktober 2016. Kelima kapal sepakat menggunakan kata pesut sebagai nama. Diambil dari nama hewan air endemik yang kini terancam punah.

Ide pencetus kapal wisata pertama kali dipelopori pihak Dinas Perhubungan (Dishub) dan didukung penuh Dinas Pariwisata (Dispar) Samarinda. Terlalu banyak kapal angkut yang sandar tanpa manfaat membuat gagasan itu muncul.

“Awalnya, kapal ini adalah angkut barang dan termasuk kapal jalan (sudah pernah beroperasi). Daripada tidak digunakan, akhirnya direnovasi dan dipercantik untuk jadi angkutan yang bakal mengelilingi Sungai Mahakam,” tambah Ishak.

Ishak mengatakan jika semakin hari pihak pemerintah terus memberi dukungan agar kapal bisa menarik para wisatawan. “Kapal wisata pertama kali diluncurkan pada Rabu, 15 Februari 2017. Tapi sudah beroperasi sejak 2016. Diresmikan langsung oleh mantan Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak dan dihadiri beberapa dinas terkait dan pelaku usaha swasta. Termasuk saya,” ujarnya.

Ada berbagai destinasi pilihan. Salah satunya regular, dimulai dari Dermaga Pasar Pagi, Samarinda. Kapal perlahan melaju hingga penumpang bisa melihat bangunan ikonik Samarinda seperti Masjid Islamic Center, Jembatan Kembar, BIGmall, hingga Jembatan Mahkota II. Lalu berputar dan kembali ke dermaga. Melihat dari dekat hilir-mudik kapal tongkang batu bara, speed boat hingga kapal penumpang lain. Adanya lampu warna-warni dari Jembatan Kembar dan Mahkota II kala malam menjadi daya tarik utama pengunjung.

“Ada empat paket wisata, dibagi menjadi regular dan sewa. Untuk regular khusus seputar Samarinda. Tapi kalau menyewa itu rutenya ada tiga pilihan, pertama ke Pulau Kumala di Tenggarong, Kukar. Kedua, ziarah Kutai Lama di Anggana, Kukar. Terakhir Mahakam River Cruise, menuju Kota Bangun, Muara Muntai, dan Melak di Kubar” jelasnya.

Kocek yang ditawarkan beragam tergantung jenis kapal. Tidak ada perbedaan fasilitas, semua sama, pembedanya adalah kapasitas penumpang. “Paling mahal Pesut Bentong, karena paling banyak kapasitas penumpangnya. Kalau kapal lainnya bisa ditumpangi 100 sampai 120 orang, sedangkan Pesut Bentong bisa mengangkut paling tidak 175 orang,” ungkapnya.

Namun realita kadang tak sesuai ekspektasi. Diungkapkan Ishak, pada awalnya booming (ramai), namun kini peminat susur sungai mulai menurun. Berbanding terbalik dengan biaya perawatan rutin kapal.

Dituturkan olehnya, belakangan pengunjung kian berkurang padahal biaya perawatan kapal begitu mahal dan harus dilakukan rutin. “Kalau ini kapal baru, bukan masalah. Tapi ini kan kapal yang pernah beroperasi, jadi perawatan harus rutin. Paling mahal perawatan mesin. Hitung-hitung dalam satu bulan per satu kapal bisa menghabiskan kurang lebih Rp 10 juta. Tapi pengunjung akhir-akhir ini cenderung menurun karena munculnya virus corona,” keluhnya.

Menurut perkiraan Ishak, beberapa masyarakat masih takut mengunjungi tempat berkumpulnya orang banyak karena takut terpapar virus. “Padahal ada sekitar tiga kapal baru yang bakal masuk. Tapi, karena ada isu tersebut akhirnya ditunda dulu. Kalau dipaksa masuk, kasihan pemilik kapal lama. Pemasukannya semakin sedikit karena harus berbagi dengan kapal lainnya,” tuturnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X