Minat baca masyarakat Indonesia mulai redup. Agar kembali “terang”, membacakan dengan nyaring (read aload) dipercaya menjadi metode yang bisa memicu minat anak membaca.
Saat masih usia dini, manusia bisa menampung banyak hal di otaknya. Oleh karena itu, pentingnya memberi edukasi yang baik pada masa-masa tersebut.
Dalam hal ini, metode yang diterapkan haruslah tepat. Membacakan nyaring, menjadi metode yang saat ini tengah digalakkan suatu komunitas. Membacakan nyaring, maksudnya bukan membaca dengan suara yang besar. Tetapi jelas dan dapat didengar dengan baik.
Roosie Setiawan, menjadi sosok yang menggaungkan metode ini. Meski tak berlatar belakang pendidik, dirinya mengabdikan diri sebagai pembicara untuk meluaskan edukasi tersebut.
“Secara penelitian membacakan nyaring itu menjadikan anak mau membaca, bukan bisa membaca. Jadi lebih ke menumbuhkan minat mereka,” ujarnya ketika menjadi pembicara di kegiatan Budaya Dering.
Menurut perempuan 64 tahun ini, metode membacakan nyaring bisa diterapkan pada anak usia 0 bulan sampai dewasa. Ia juga menyebut, efeknya akan sangat terlihat. Di mana anak yang dibacakan nyaring sejak kecil, akan memiliki kosa kata yang lebih banyak.
Meski begitu, dirinya berkata membacakan nyaring tak hanya sekadar baca. Harus ada teknik yang perlu diperhatikan, yakni intonasi.
“Kalau membaca itu ada intonasi, maka buku apa pun yang dibacakan akan menjadi menarik,” tutur perempuan asal Jakarta ini.
Metode edukasi yang ia mulai sejak 2008 ini, nyatanya juga menjadi upaya dalam peningkatan literasi Indonesia yang rendah.
Perihal edukasi ini, Roosie berkata pihaknya akan terus meluaskan metode tersebut. Dengan menargetkan seluruh kabupaten yang ada di Indonesia.
“Saya berharap anak-anak Indonesia paham apa yang dibaca. Tidak membaca hanya supaya dapat ijazah. Mereka harus bisa membangun pengalaman membaca yang menyenangkan. Dengan begitu mereka bisa jadi pembaca sepanjang hayat,” tutup perempuan ini. (*/okt/ms/k18)