BIRMINGHAM – Rasa penasaran Viktor Axelsen akan gelar juara All England terjawab tuntas. Tahun lalu, dia melangkah ke final turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut. Namun, upayanya dihentikan oleh raja tunggal putra asal Jepang, Kento Momota. Kali ini, absennya Momota tidak disia-siakan oleh Axelsen.
Di Arena Birmingham tadi malam, dia merebut gelar All England perdananya setelah mengalahkan Chou Tien-chen 21-15, 21-13.
Keberhasilan itu mengantar Axelsen menjadi pemain tunggal putra pertama Demnark yang meraih All England dalam 21 tahun. Orang Denmark terakhir yang memenangkan turnamen berlevel super 1000 itu adalah Peter Gade pada 1999 silam. Dia mengalahkan bintang Indonesia Taufik Hidayat.
Tidak mengherankan, ketika pengembalian servis Chou melambung keluar lapangan, Axelsen langsung menangis. Air matanya masih bercucuran saat berselebrasi ke arah pelatih dan pendukungnya di tribun penonton. ''Ya, aku memang cowok yang emosional. Aku sangat bahagia. Bermain di depan seluruh fans yang amazing ini, aku sangat bangga,'' tutur Axelsen dalam wawancara di lapangan.
Kekuatan mental menjadi salah satu senjata Axelsen kemarin. Chou memasuki lapangan dengan wajah tegang. Sementara Axelsen sangat tenang. Sepanjang pertandingan pun, dia mampu mengontrol setiap pukulan. Drive maupun smesnya akurat. Penempatan-penempatan bolanya juga presisi. Dia mampu memaksa Chou membuat kesalahan.
''Aku punya feeling bagus sejak masuk lapangan. Dan memiliki awal yang baik sangat penting di sini,'' papar dia. ''Aku mengontrol hal tersebut. Aduh, aku nggak tahu harus ngomong apa lagi,'' imbuhnya riang.
Performa Axelsen memang sedang on finre. Pemain peringkat 7 dunia itu belum terkalahkan selama 10 pertandingan terakhir. Sebelumnya dia berhasil menjuarai Barcelona Spain Masters 2020. Sepanjang tahun ini, dia sudah mencapai tiga kali final. Satu gelar yang meleset hanya Malaysia Masters 2020, ketika dia kalah dari Momota.
Selama All England, pemain 26 tahun itu juga sangat cemerlang. Sejak babak pertama, hampir semua pertandingan dia selesaikan dalam straight game. Hanya saat semifinal melawan rising star Malaysia Lee Zii Jia saja, dia harus bermain rubber game selama lebih dari satu jam. Punya mental dan pengalaman lebih matang, Axelsen menang dengan skor 17-21, 21-13, 21-19.
"Ini seperti mimpi menjadi kenyataan. Semua bermimpi bisa memenangkan All England dan sekarang aku juara All England 2020,'' tutur Axelsen. ''Ini tahun yang sangat bagus buatku. Hari ini aku bermain bagus dan strategi berjalan sangat baik," lanjut dia.
Sukses di All England tentu menjadi bekal yang sangat bagus bagi seorang pemain. Terutama dalam tahun yang sama dengan pergelaran Olimpiade Tokyo 2020. Namun, Axelsen ogah berspekulasi soal itu. Dia ingin menikmati kemenangannya di Birmingham untuk sementara waktu. ''Masih ada jalan panjang menuju Olimpiade. Jadi, mari kita nikmati ini dulu,'' pintanya.
Sementara itu, di ganda putri, unggulan ketiga Yuki Fukushima/Sayaka Hirota juga sukses merebut gelar perdana. Mereka mengalahkan pasangan Tiongkok Du Yue/Li Yin Hui dengan skor 21-13, 21-15. (gil/na)
Juara All England Asal Denmark
(1 Dekade Terakhir)