THAILAND berjaya di kontes kecantikan dunia tahun lalu. Seperti halnya Sireethorn Leearamwat yang menjuarai Miss International, Anntonia Porsild juga menjadi perempuan Thailand pertama yang memenangi Miss Supranational. Ann, sapaannya, berdarah Denmark-Thailand.
Kampanye yang digaungkan mahasiswi 23 tahun itu sangat nyambung dengan kondisi sekarang. ’’Aku mengangkat kampanye anti-body shaming saat memenangi kontes nasional di Thailand,” ucapnya.
Saat mengikuti kontes nasional tahun lalu, Ann merasa ada yang kurang dari dirinya. Kulitnya tak seputih kontestan lain. Badannya terlihat besar jika mengenakan swimsuit atau gaun. ’’Saya ingin tiap orang punya sikap body positivity dalam diri mereka. Tidak lucu membuat seseorang kehilangan rasa percaya dirinya,” terang Ann.
Ketika berbicara di depan publik, Ann jadi punya kesempatan untuk mengutarakannya. Ann bercerita, dirinya diundang sebagai pembicara di kampusnya, Stamford International University, Bangkok, Januari lalu. Di sana dia berbicara tentang bagaimana institusi pendidikan harus menyeriusi kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus.
Ann kerap menerima laporan tentang pelecehan seksual di lembaga pendidikan. Umumnya, korban merasa malu dan tak tahu harus mengadu ke mana. ’’Setelah saya dan beberapa teman mencari tahu, yang belum ada adalah peraturan tentang kasus pelecehan di lingkungan kampus. Itulah yang harus diupayakan,” tegasnya.
Agar hal serupa tidak terulang, Ann yang juga didukung UN Women dan Komunitas #DontTellMeHowToDress menginisiasi sejumlah langkah di kampus. Salah satunya, memiliki komunitas internal yang berfokus pada kesetaraan gender. ’’Mereka bertanggung jawab untuk mengupayakan agar universitas punya sikap dan peraturan yang tegas terkait pelecehan seksual,” ujar perempuan yang punya cita-cita bekerja di bidang periklanan itu. (len/c18/jan)
