PROKAL.CO,
Samarinda menyimpan bangunan-bangunan bersejarah. Termasuk tempat beribadah. Setiap bentuk bangunan memiliki nilainya. Bahkan warna yang menyelimuti pun ada maksudnya. Ada makna di setiap tiang yang berdiri hingga jumlah anak tangga. Inilah masjid terbesar se-Asia Tenggara hingga tertua se-Indonesia.
MENGADOPSI desain Masjid Nabawi Madinah, Masjid Hagia Sophia Turki, dan Masjid Putra Jaya Malaysia. Begitu ikonik dan sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Kaltim. Itulah Masjid Baitul Muttaqien atau Islamic Center yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi.
Desain interior atau ornamen bangunan mencerminkan gaya klasik nan modern. Banyak orang lalu lalang di sekitar masjid. Beberapa kendaraan terparkir rapi. Masuk ke dalam masjid, pengunjung bisa bersedekah infaq sebelum memarkir kendaraan. Sukarela.
Di luar bahkan dalam masjid, dapat ditemukan orang-orang yang sedang beristirahat. Suasana sejuk nan dingin membuat mereka tak ingin meninggalkan area masjid. Menjelang salat zuhur, tempat wudu mulai disambangi umat muslim. Berbondong-bondong menghadap ke Sang Pencipta. Pemandangan yang menenangkan hati itu terus terjadi di sana setiap hari.
Gagasan dan keinginan membangun pusat pengembangan Islam di Kaltim pertama kali dicetuskan oleh Abdoel Wahab Sjachranie, Gubernur Kaltim pada 1967-1978. Ide itu berkembang setelah MTQ ke sembilan di Samarinda yang berlangsung sukses. Kemudian, dicarilah lokasi strategis. Membentuk pusat kegiatan umat muslim itu didukung oleh para tokoh agama, masyarakat, dan ulama Kaltim. Menjadikan masjid sebagai sentralnya. Pada 16 Juni 2008, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono meresmikannya. Kini, dikelola oleh Badan Pengelola Islamic Center Kaltim.