Covid-19 Tidak Banyak Pengaruhi Ekonomi Kaltim

- Kamis, 12 Maret 2020 | 10:45 WIB

Oleh
Tutuk Sh Cahyono
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim

Pada awal 2020, dunia dikejutkan dengan kejadian mewabahnya virus penyakit yang menyebar dengan cepat. Virus yang kemudian diberi nama Corona Virus (Covid-19) pertama kali dideteksi dari kejadian yang bermula dari pasar Seafood Wholesale Huanan, di Kota Wuhan pada 12 Desember 2019.

Tingkat penyebaran yang sangat cepat dari virus ini telah mendesak World Health Organization (WHO), untuk mengumumkan masa darurat kesehatan publik pada 22 Januari 2020. Selanjutnya, Tiongkok memutuskan untuk menutup akses masuk-keluar (lockdown) di Kota Wuhan dan kota sekitarnya di Provinsi Hubei pada 23 Januari 2020 untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

Data dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) pada 18 Februari 2020, Covid-19 telah menginfeksi 73.328 kasus, dari 28 negara dengan pasien meninggal sebanyak 1.873 orang. Penyebaran Covid-19 secara langsung akan menjadi downside risk kepada perekonomian global.

Pada awalnya di tahun ini, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan perekonomian dunia tumbuh lebih tinggi, dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2019. Kesepakatan tahap satu perundingan perdagangan antara AS, dan Tiongkok meningkatkan optimisme prospek perekonomian global. Namun, optimisme terhadap pemulihan perekonomian global berubah setelah COVID-19 merebak.

Dampak COVID-19 diprakirakan akan menekan perekonomian Tiongkok dan menghambat keberlanjutan pemulihan ekonomi global, setidaknya pada triwulan I 2020. Bahkan IMF berpendapat bahwa epidemik ini, dapat mengoreksi kembali outlook pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 0,1 — 0,2 persen yang didorong oleh koreksi perekonomian Tiongkok.

Di samping itu, Tiongkok merupakan eksportir terbesar untuk komponen elektrikal dan elektronik dengan global market share sebesar 30 persen. Tiongkok juga telah menahan sementara permintaan bahan mentah metal, mineral, hingga bahan bakar. Konsultan riset energi Wood Mackenzie mengestimasi, jatuhnya permintaan gas Tiongkok dapat mencapai 2 miliar meter kubik pada akhir Februari 2020.

Sementara Oxford Economics telah menurunkan prakiraan pertumbuhan permintaan minyak mentah Tiongkok hingga 200—900 ribu barrel per hari atau 20 — 25 persen impor harian Tiongkok pada Semester I 2020. Selain itu, konsumsi harian coal major electricity producer juga turun hingga 35 persen dari periode sebelum mewabahnya COVID-19.

Disrupsi permintaan dan produksi di Tiongkok akibat COIVD-19 outbreak ini dapat melemahkan aktivitas ekspor dan impor secara global, termasuk Kaltim. Perlambatan perekonomian Tiongkok berdampak terhadap perekonomian Indonesia, mengingat Tiongkok merupakan salah satu negara mitra utama Indonesia. Berdasarkan informasi dari Kementerian Keuangan, wabah virus COVID-19 dapat menurunkan kegiatan ekonomi Indonesia hingga 0,3 - 0,6 persen, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun hingga 1 persen akibat penurunan konsumsi dan mobilisasi manusia.

Ekspor Indonesia ke Tiongkok dapat mencapai USD 0,21 miliar, sehingga penurunan permintaan dari Tiongkok akibat turunnya konsumsi, dan penutupan sementara beberapa pabrik akan berpotensi untuk mengurangi ekspor tersebut. Sementara itu, impor dari Tiongkok dapat mencapai USD 0,07 miliar berupa bahan baku dan beberapa komponen penting yang dibutuhkan oleh produsen obat-obatan.

Dinamika perekonomian nasional dan internasional akibat kejadian Covid-19 ini masih memiliki dampak yang relatif terbatas bagi perekonomian Kaltim, setidaknya di awal tahun 2020. Secara umum Tiongkok memiliki pangsa yang cukup besar, terhadap volume ekspor Kaltim. Tercatat Tiongkok memiliki pangsa sebesar 12,10 persen, terhadap total ekspor Migas Kaltim dan 30,6 persen terhadap total ekspor nonMigas Kaltim.

Lebih lanjut, Tiongkok memiliki pangsa yang terbesar untuk komoditas ekspor non migas utama kaltim yakni Batu Bara dan CPO, di mana pangsa Tiongkok tercatat masing-masing sebesar 30,63 persen dan 47,74 persen terhadap ekspor kedua komoditas tersebut. Namun berdasarkan data volume ekspor non migas kaltim per Januari 2020, ekspor batu bara tercatat masih tumbuh sebesar 22,72 persen (yoy).

Hal tersebut menandakan bahwa efek COVID-19 di awal tahun 2020, masih relatif terbatas terhadap perekonomian Kaltim mengingat batubara memiliki pangsa 98,16 persen terhadap ekspor non migas Kaltim.

Penjualan batu bara ke Tiongkok sebagian besar dilakukan melalui transaksi spot, sehingga masih bisa dimitigasi dengan melakukan carry over dan penjualan ke buyer dari negara lain atau ke domestik. Sementara itu, koreksi terjadi pada pertumbuhan volume ekspor CPO Kaltim sebesar minus 57,27% (yoy) ,setelah pada bulan sebelumnya tumbuh positif. Namun berdasarkan pangsanya, Ekspor CPO hanya berkontribusi sebesar 0,64 persen terhadap ekspor Kaltim.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X