Mempertemukan GN’R dengan Rita Soegiarto dan Yoppie Latul

- Selasa, 10 Maret 2020 | 11:45 WIB
Sastro Moeni dalam satu penampilan.
Sastro Moeni dalam satu penampilan.

Sastro Moeni konsisten memelesetkan lagu, mencampuradukkan aransemen yang pas, dan srawung dengan komunitas musik lain. Para personel direkrut terbuka atau dengan cara ’’mbribik’’.

 

Diar Candra, Jogjakarta, Jawa Pos

 

MENONTON Sastro Moeni (Sasmoen) itu ibarat menyetir lewat jalur pegunungan. Sudah tahu jalurnya naik dan berkelok-kelok, tapi kok ya masih kaget saja.

Tahu intro lagu Sweet Child O'Mine pasti akan dipelesetkan, tapi ya tetap mbatin ’’asem ki!’’ saat liriknya jadi Poco-Poco. Sudah membayangkan Heaven-nya Bryan Adams setidaknya akan digandengkan sesama lagu romantis, eh kok malah dilarikan ke Du Di Dam-nya Enno Lerian. Itu tuh lagu yang liriknya, antara lain, ’’kamu makannya apa...’’

Sudah tiga dekade band komunitas Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu bikin penontonnya mbatin ’’asem’’, ’’anjrit’’, ’’a*u’’, dan sebagainya. Tapi, hebatnya, mereka masih awet sampai sekarang.

Regenerasi personelnya terus berjalan. Yang sekarang merupakan Sasmoen angkatan ke-17. Di seantero Jogjakarta, mungkin Sasmoen satu-satunya band kampus yang umurnya sepanjang itu. Padahal, tahu sendiri, ada begitu banyak kampus di Kota Gudeg itu.

Dan, job juga terus mengalir. Tiap bulan, angkatan yang sekarang setidaknya manggung 5–6 kali.

Sabtu lalu (7/3), di sela Dies Natalis Ke-74 FIB UGM, Sasmoen dari berbagai generasi itu reunian. ’’Dulu tak terpikir kalau Sasmoen bisa sepanjang ini sejarahnya. Karena waktu awalnya saya dan delapan teman lain bermusik mewakili UGM di Festival Musik Country di Jakarta,’’ kata Mas Menyung, sapaan akrab J. Susetyo Edy Yuwono.

Mas Menyung merupakan salah seorang pendiri Sasmoen pada sekitar 1988–1989. Sebelum bernama Sasmoen, Mas Menyung ingat bahwa band itu pernah bernama Sastro Gambir.

Gara-garanya, saat tampil di Festival Musik Country di Jakarta, sambutan penonton adem ayem. Tapi, pas main di Stasiun Gambir sambil menunggu kereta kembali ke Jogjakarta, sambutan penonton di salah satu stasiun kereta api di ibu kota itu malah hangat.

Komedian Anang Batas, rekan Mas Menyung di Sasmoen generasi pertama, menyebutkan, regenerasi awalnya tak pernah menjadi bagian paten dari Sasmoen. Jika ada yang tak bisa main, digantikan rekan yang lain. ’’Sing penting guyub (Yang penting rukun, Red),’’ ucap Anang yang juga hadir Sabtu malam lalu (7/3).

Rekrutmen personel dilakukan terbuka. Bisa juga dengan cara ’’mribik’’: personel yang ada mendekati calon personel lain untuk diajak bergabung.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X