Februari, Harga TBS Melemah

- Selasa, 10 Maret 2020 | 11:10 WIB

SAMARINDA- Penyebaran virus corona turut berpengaruh pada perdagangan Kaltim. Sebab, virus ini membuat sejumlah industri berhenti dan berdampak pada pasokan bahan baku. Impor crude palm oil (CPO) Tiongkok juga terbatas, berujung pada tertekannya harga komoditas andalan Kaltim ini.

Pelemahan harga CPO tentunya berpengaruh besar terhadap harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang menggunakan CPO sebagai salah satu elemen penghitung harga TBS petani Kaltim. Pada Februari lalu, harga TBS kelapa sawit hanya Rp 1.768 per kilogram. Jumlah itu sedikit melemah dibandingkan harga TBS pada Januari Rp 1.787 per kilogram.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, Tiongkok menjadi salah satu negara tujuan ekspor CPO Bumi Etam. Pangsa negara tersebut terhadap ekspor CPO mencapai 47 persen, paling tinggi dibandingkan negara lain seperti India yang hanya memiliki pangsa 8,8 persen dan Eropa 17 persen.

Besarnya suplai ke Tiongkok berpengaruh terhadap permintaan CPO. Gapki mencatat ekspor sawit menurun 30 persen pada Januari 2020, dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu. “Padahal harga CPO baru membaik pada akhir 2019. Meski menurun, setidaknya harga masih sangat bagus,” katanya, Minggu (8/3).

Dia menjelaskan, sepanjang semester I 2019 rata-rata harga CPO hanya mencapai USD 492 per metrik ton. Kondisinya membaik sejak semester II 2019, sampai menyentuh USD 880 per metrik ton pada Januari 2020. Lalu sedikit melemah menjadi USD 830 per metrik ton saat ini. Meski begitu, harga CPO rata-rata periode ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata periode tahun lalu.

Menurutnya, saat ini Tiongkok sedang genting, karena penyebaran virus corona yang terus membuat korban berjatuhan. Perkembangan terbaru menunjukkan jumlah kasus virus corona semakin bertambah. Bahkan sudah masuk ke Indonesia. Sehingga wajar, permintaan CPO menurun dari Tiongkok lalu harga kembali sedikit merosot.

 “Penurunan TBS tentunya menjadi kabar buruk bagi petani, apalagi sudah ada iming-iming harga akan terus membaik, seiring harga CPO yang akan meroket tahun ini,” jelasnya.

Namun, selain ekspor penguatan pasar domestik tetap diusahakan. Produksi biodiesel berbasis minyak sawit pada 2019 mencapai 8,4 juta kiloliter, lebih tinggi dari target 7,4 juta kiloliter. Sementara untuk tahun ini Indonesia menargetkan produksi mencapai 10 juta kiloliter biodiesel. Sehingga diusahakan permintaan bisa stabil agar harga tak terus menurun.

 “Pelemahan CPO harus ditahan agar tidak membuat TBS merosot, yang berujung pada kerugian petani,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X