Tiga Tahun Lagi Stop Impor Daging, Kaltim Minta Bagian 100 Ribu Indukan

- Selasa, 10 Maret 2020 | 11:09 WIB
Sapi yang diangkut kapal siap didistribusikan di Kaltim.
Sapi yang diangkut kapal siap didistribusikan di Kaltim.

 

Kaltim berencana meminta tambahan indukan sapi kepada pemerintah pusat sebanyak 100 ribu ekor. Hewan mamalia tersebut akan dikembangbiakkan terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit dan lahan eks tambang batu bara.

 

SAMARINDA- Tiga tahun lagi Indonesia diprediksi mampu mewujudkan swasembada daging sapi. Pasalnya, saat ini pemerintah tengah menjalankan berbagai program untuk memenuhi kekurangan kebutuhan sebesar 300 ribu ton yang selama ini harus disuplai dari berbagai negara.

Kepala Dinas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim Dadang Sudarya mengatakan, kebutuhan daging sapi dalam negeri mencapai 700 ribu ton dan baru bisa dipenuhi peternak lokal sebesar 400 ribu ton. Kekurangan daging selama ini diatasi dengan impor. Jika dikalkulasi, impor 300 ton daging tersebut setara 1,3 juta ekor sapi.

Untuk menjawab kekurangan tersebut, presiden tahun ini meminta untuk tidak lagi mengimpor daging sapi. Namun, mengimpor indukan sapi untuk dikembangkan. “Mengimpor indukan sapi sebanyak 1,3 juta ekor membuat kita optimistis dua hingga tiga tahun ke depan tidak impor daging lagi. Sebab, Indonesia bisa mencukupi kebutuhan lokal sendiri,” katanya, Minggu (8/3).

Dia menjelaskan, 1,3 juta ekor akan dibagikan dalam dua tahun. Tahun ini, rencananya 800 ribu ekor indukan dan tahun berikutnya 500 ribu. Kaltim rencananya meminta ke pusat untuk diberikan 100 ribu ekor tahun ini dari program 1,3 juta indukan sapi impor. Selanjutnya, sapi-sapi itu akan dikembangkan model integrasi sapi sawit.

Tetapi khusus Kaltim selain di perkebunan kelapa sawit, juga mengusulkan mini ranch di lahan eks tambang atau padang penggembalaan di lahan eks tambang batu bara. “Nantinya untuk 100 ribu ekor program 1,3 juta sapi indukan, Kaltim memintakan atau bagikan untuk masyarakat khususnya kelompok tani ternak,” tuturnya.

Hal itu sesuai keinginan presiden. Sebab perkembangan sapi basisnya untuk peternakan rakyat bukan perusahaan. Meskipun pada kelompok tani, tetap akan diintegrasikan dengan perusahaan sawit dan pertambangan batu bara. Jadi, tetap kelompok basisnya untuk peternakan rakyat. Sapi yang diimpor terdiri beberapa jenis seperti limousine, simental ataupun brahman cross.

 “Kita sangat membutuhkan indukan sapi impor tersebut untuk mendorong percepatan populasi sapi,” ungkapnya.

Dadang menjelaskan, secara umum Kaltim membutuhkan percepatan populasi sapi sebanyak 650 ribu ekor agar mencapai swasembada dan mencukupi kebutuhan lokal. Saat ini, populasi sapi Kaltim berada pada kisaran 120 ekor, atau masih perlu banyak sapi indukan.

Upaya percepatan populasi sapi-sapi dilakukan intensifikasi dan peningkatan kelahiran melalui inseminasi buatan (IB) maupun kawin alami yang terprogram. “Kita optimistis jika indukan sapi kembali ditambah dua sampai tiga tahun lagi sudah tidak ada impor daging sapi,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB
X