IWB Momentum Perjuangkan Kaum Hawa

- Senin, 9 Maret 2020 | 09:31 WIB

SAMARINDA–Setiap 8 Maret, perempuan dari berbagai tempat merayakan International Women’s Day (IWB) atau hari perempuan internasional. Peringatan ini didasari upaya memperjuangkan hak-hak kaum hawa.

Bukan hanya hak, melainkan perempuan juga setara dari berbagai aspek kehidupan. Baik bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Namun, tak bisa dimungkiri, angka kekerasan terhadap perempuan juga terbilang tinggi.

Baik kekerasan fisik, psikis, maupun kekerasan seksual. Dari data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) tren kekerasan fisik terhadap perempuan meningkat dua tahun terakhir.

Tak jarang kekerasan terhadap perempuan juga terjadi dalam rumah tangga. Motif dari kekerasan juga beragam. Mulai ekonomi hingga tidak adanya pemahaman kesetaraan gender.

Ketua P2TP2A Citra Tepian Samarinda Siti Maidatul Jannah menerangkan, dari kasus yang kerap ditangani, paling banyak adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Latar belakang masalah yang kerap ditemui yaitu ekonomi.

“Rata-rata masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Tapi bukan ekonomi saja. Ada juga karena perilaku kasar suami,” terangnya.

Kekerasan juga biasanya bukan hanya sekali, namun berkali-kali. “Rata-rata dia (perempuan) nggak mau lapor karena merasa hal itu (kekerasan) adalah aib dan ingin mempertahankan keluarganya,” jelas dia.

Terkadang, lanjut Siti, biaya untuk menanggung hidup anak membuat para korban kekerasan tak ingin melaporkannya. “Itu yang dimaksudkan salah satu faktor ekonominya,” lanjut dia.

Untuk menghindari, Siti menegaskan, para perempuan jangan sampai terbuai bujuk rayu dalam pernikahan sirih. “Nah, itu yang sering saya tekankan, jika menikah sah juga dilindungi undang-undang,” tegasnya.

Tak jarang karena kekerasan para kaum hawa mengalami trauma. “Kami dampingi dengan psikolog kami, dan bantuan hukum jika dilanjutkan ke ranah kepolisian,” pungkasnya.

Untuk menghindari kekerasan terhadap perempuan, P2TP2A juga bersinergi dengan Program Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di bawah Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2A).

Puspaga bersifat dalam meningkatkan kehidupan berkeluarga dan ketahanan keluarga. Sekretaris DP2A Samarinda Deasy Evryani mengungkapkan, stereotipe yang terbangun dalam masyarakat memandang kedudukan laki-laki lebih tinggi dari perempuan.

“Pandangan bahwa perempuan yang beranggapan hanya bertugas di dapur dan mengurus anak itu yang salah,” jelas Deasy yang juga sebagai koordinator Puspaga Samarinda. “Nanti salah sedikit bisa main pukul suaminya,” sambung dia.

Melalui pendekatan keluarga dan peningkatan kapasitas perempuan, Puspaga berusaha menekan angka kekerasan. Ada pemberian pelatihan di bidang ekonomi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X