CORONA FOBIA

- Sabtu, 7 Maret 2020 | 11:22 WIB
-
-

Oleh:  Dr dr Nataniel Tandirogang MSi

 

COVID-19 nama penyakitnya. SARS Cov-2 lah penyebabnya. Genomnya mengandung RNA, anak dari corona, kakek buyutnya bernama virus. Sang “bapak” pertama kali diisolasi pada 1965 dari cairan hidung seorang anak yang menampakan gejala pilek (common cold). Yang biasanya disebabkan oleh infeksi rhinovirus atau virus influenza.

Tetapi saat dilihat dengan mikroskop, elektron tampak bentuk lain. Indah menyerupai mahkota. Dalam bahasa latin disebut “crown”. Sehingga diberilah nama oleh International Committee On Taxonomy of Viruses (ICTV) “Corona”. Punya keturunan tidak kurang dari 200 spesies.

Awalnya, hanya mampu hidup dalam tubuh berbagai jenis hewan. Seperti kelelawar, ular, dan unta.  Setelah mengalami berbagai tantangan hidup dan perubahan lingkungan, tidak menutup kemungkinan akibat ulah manusia sendiri, akhirnya tujuh keturunannya mampu mengubah dirinya dengan cara bermutasi. Sehingga memberi kemampuan untuk masuk dan hidup dalam tubuh manusia.

Mutasi dilakukan sepanjang waktu. Saat melakukan replikasi atau memperbanyak diri. Sel ke-1000–10.000 akan terjadi satu perubahan pada nukleotida. Nukleotida yang terdiri dari basa purin dan pirimidin, adalah unsur yang bertugas sebagai pembawah kode gentik setiap makhluk hidup. Perubahan genetik ini dapat menyebabkan perubahan sifat yang dapat menguntungkan atau merugikan virus itu sendiri.

Tujuh bersaudara ini (HCoV-229E, HCoV-NL63, HCoV-OC43, HCoV-HKU1, SARS-Cov, MERS-Cov, dan SARS Cov-2)  akhirnya mampu menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada manusia. Empat sudara pertama umumnya ditemukan sepanjang tahun di berbagai belahan negara. Hanya menimbulkan penyakit ringan pada saluran pernapasan. Seperti influenza atau batuk pilek.

Tiga saudara terakhir yang kebetulan kembar, lebih ganas dan telah menyebabkan manusia heboh dan kalang kabut. Kehebohan pertama terjadi pada 2002. Saat SARS-Cov muncul pertama kali di Provinsi Guangdong, Tiongkok. Menimbulkan penyakit berat pada saluran pernapasan manusia sehingga diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Tidak kurang dari 8.096 orang terinfeksi dan menyebabkan kematian 774 (9,6 persen) di 29 negara. Hampir setahun, virus ini merepotkan dunia. Alhamdulillah, Indonesia aman-aman saja. Kehebohan kedua terjadi pada 2012. Ketika muncul si kembar baru, MERS-Cov di Arab Saudi. Menyebabkan penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) sesuai dengan nama wilayah/region tempatnya diisolasi. Menginfeksi 2.494 orang dengan kematian 858 (34,4 persen) yang tersebar di 28 negara.

Lagi-lagi, Indonesia aman-aman saja. Walaupun sempat mengkhawatirkan dan mengganggu ibadah para jamaah haji kita, ataupun yang melakukan ibadah umrah. Kehebohan terdahsyat terjadi saat si bungsu muncul, SARS Cov-2 di pengujung 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.

Awalnya diberi nama nCov-19 sebagai simbol bahwa ada virus corona baru yang sebelumnya belum dikenal. Telah menyebabkan infeksi pada manusia. Setelah melalui pemeriksaan molekuler, dengan mengurutkan sebanyak 29.903 kb nukleotida dari genom virus tersebut, ternyata sangat mirip dengan saudara kembarnya terdahulu, SARS-Cov. Dari 29 jenis protein yang dimiliki si bungsu, ternyata hanya 2 protein (protein orf 8 dan orf 10) yang tidak dimiliki pendahulunya.

Sehingga oleh ICTV diberi nama resmi SARS Cov-2 yang menyebabkan penyakit corona virus deseases (Covid-19) yang sampai ini saat telah menginfeksi sekira 95.481 orang dengan kematian 3.285 (3,4 persen) di 83 negara di dunia dan 1 international conveyance (the Diamond Princess cruise ship harbored in Yokohama, Japan). Melihat penyebarannya yang begitu cepat, tanpa mengenal suku, ras, dan agama dalam tempo kurang lebih 2 bulan, telah menyerang 43 persen bangsa dan negara di dunia, kelihatannya sangat ganas dari pendahulunya.

Akan tetapi, jika melihat penyakit yang ditimbulkannya, hanya menyebabkan kematian 3,4 persen. Jauh lebih rendah dari pendahulunya. Ataupun kematian yang disebabkan oleh penyakit lain. Seperti flu babi yang disebabkan virus H1N1 dari kelompok orthomiksovirus yang masih sepupu jauh dengan coronavirus, telah menginfeksi 1,6 juta manusia dan menyebabkan kematian 284.500 orang di 214 negara.

Pun demikian dengan Mycobakterium TB yang menyebabkan TB Paru. Menyebabkan 1,3 juta kematian di dunia termasuk 300 orang meninggal setiap hari di Indonesia karena TB.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X