Sanur Sepi, Hotel Obral Bonus

- Jumat, 6 Maret 2020 | 14:06 WIB
WISATA LESU: Suasana di salah satu hotel di kawasan Sanur kemarin.
WISATA LESU: Suasana di salah satu hotel di kawasan Sanur kemarin.

DENPASAR– Kawasan Sanur merupakan salah satu pusat pariwisata di Kota Denpasar. Dari pantauan Bali Express (Jawa Pos Grup) di kawasan Sanur, nampak beberapa art shop dan pertokoan sedikit lengang. Tak ada wisatawan yang wara-wiri seperti biasanya hingga memadati kawasan. Hanya beberapa saja yang nampak dikunjungi. Selain deretan Art Shop dan pertokoan yang nampak lengang. Beberapa hotel dan vila di kawasan Sanur juga sepi. Tingkat hunian wisatawan menurun. Hal itu disebabkan karena sedang Low Season. Di samping itu juga karena wabah virus korona atau Covid-19 yang tengah merebak. Beberapa penerbangan ditutup yang berdampak pada sepinya kunjungan wisatawan ke Bali.

Diberitakan BALI EXPRESS, melemahnya dunia pariwisata membuat pengusaha hotel dan restauran harus mengubah strategi pemasaran. Hal itu untuk menjaga kestabilan okupansi atau tingkat hunian di hotel yang dikelola.

Salah satu pengelola hotel dari Santrian Group, Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengaku harus mengubah strategi pemasaran. Dengan dibelakukannya perubahan itu, pihak manejemen berhasil menstabilkan kondisi okupansi di hotel Santrian. “Ya harus pintar-pintar atur strategi. Kami melakukan paket di sini. Yang biasanya tak ada bonus, kami berikan free satu item perawatan kecantikan misalnya. Dan kami masih dalam kondisi stabil saat ini. Kira-kira 67 persen dari rata-rata 50 persen,” ujarnya saat di temui di Hotel Santrian Sanur, Kamis (5/3) siang.

Meskipun dalam posisi aman, Sidharta mengakui kondisi kisruhnya dunia terkait dengan wabah korona ini cukup memengaruhi dunia pariwisata. Ia pun mengatakan imbasnya sangat luas. Sebagai pengelola hotel, pihaknya juga terpaksa membatasi kiriman dari suplier yang diajak bekerjasama. “Imbasnya luas sekali. Suplier saya juga kena. Pengiriman jadi dibatasi. Seperti suplier sayur untuk makanan di hotel, suplier sabun dan yang lainnya. Karena kami juga harus menyimpan uang dengan bijak agar pemutusan kontrak kerja tidak terjadi pada karyawan kami,” jelasnya.

Namun demikian, ia juga tak menutupi jika beberapa karyawan daily worker (DW) sudah dirumahkan. Selain itu, pihak hotel juga belum menerima siswa magang. “Padahal yang DW dan yang magang itu sangat membantu dalam operasional hotel. Tapi mau bagaimana lagi, terpaksa distop dulu. Bukannya apa-apa, tapi kondisinya begini,” tuturnya lagi.

Untuk antisipasi penularan virus korona itu, pihak hoteL Santrian juga tetap memberlakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). “Hand Sanitazer sudah kami sediakan juga. Dan kami juga memberlakukan termo scanner terhadap wisatawan yang masuk ke hotel kami,” paparnya.

Disinggung mengenai bebas PHR selama 6 bulan, Sidharta mengaku masih bingung. Di sisi lain ia merasa senang jika benar PHR dibebaskan selama 6 bulan karena kondisi pariwisata yang lemah. Di satu sisi ia juga masih ragu, sebab belum ada peraturan yang jelas terkait peraturan itu. “Senang dong kami bebas PHR. Kondisinya begini. Benar-benar keos. Bukan satu tempat, global lo. Banyak. Jadi kami masih tetap bayar 10 persen sebelum ada juklak juknis yang jelas,” tegasnya.

Bali yang mengandalkan 70 persen ekonomi di pariwisata akan terkulai. Sepinya kunjungan juga akan berdampak pada pemasukan hotel. Sementara biaya operasional tetap berjalan. Dan pajak tetap harus dibayarkan. (dhi/aim) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X