Sepekan Corona Tekan IHSG

- Senin, 2 Maret 2020 | 14:25 WIB

SEPANJANG pekan lalu, bursa global mendapatkan tekanan dari kekhawatiran penyebaran virus corona. Hal tersebut turut membuat investor pasar modal di Bumi Etam dilanda ketidakpastian.

 

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Balikpapan Dinda Amaliya berharap pekan ini kondisi pasar modal bisa kembali baik. Ia menyebut, pertumbuhan investor pasar modal melanjutkan tren positif selama 2 tahun belakangan. Berdasarkan data BEI Balikpapan selama periode 2019, jumlah Sub Rekening Efek (SRE) tumbuh 30 persen atau sebesar 4.268. Single Investor Identification (SID) tumbuh 28 persen atau 3.487.

Total investor SRE hingga saat ini mencapai, 18.370 SRE dan SID sebanyak 15.856. SRE adalah rekening efek yang digunakan untuk menyimpan portofolio saham atas nama nasabah yang dicatatkan pada Kustodian Sentral Efek Indonesia sedangkan SID merupakan nomor tunggal identitas investor pasar modal Indonesia yang diterbitkan oleh KSEI.

“Sementara itu, sepanjang 2017—2018 lalu, Kaltim berhasil mencatatkan peningkatan SRE sebesar 4.594 dan SID sebesar 3.816 akun sedangkan Kalimantan Utara sebesar 491 SIRE dan 433 SID,” tuturnya, Minggu (1/3).

Diketahui, seluruh indeks utama Wall Street turun sepekan, di mana Dow Jones turun 12 persen, Indeks S&P 500 turun 11,5 persen, dan Nasdaq terkoreksi 10,5 persen. Pada perdagangan Jumat (28/2), indeks Dow Jones masih mengalami tekanan dengan penurunan sebesar 351 poin atau 1,37 persen, S&P turun 25,54 poin atau 0,82 persen. Sementara itu, Nasdaq menguat 0,89 poin atau menguat tipis 0,01 persen dan indeks Dow Jones Index Future berhasil naik 327 poin atau 1,29 persen.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan seminggu lalu merupakan kinerja terburuk Wall Street sejak 2008. Kecemasan pelaku pasar terjadi karena penyebaran virus corona saat ini tumbuh lebih cepat di luar Tiongkok. "Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada pasokan barang dan permintaan konsumen turun lebih besar dari estimasi sebelumnya," ujarnya.

Akhir pekan lalu, Hans menuturkan indeks dunia turun akibat pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengonfirmasi kasus pertama virus corona Amerika Serikat di California Utara. Pasien ternyata tidak memiliki riwayat perjalanan atau kontak, sehingga membuat orang tersebut berada dalam risiko terkena virus corona.

Hans juga menyampaikan, Gubernur California Gavin Newsom menyatakan, pemerintah AS memantau sekitar 8.400 orang terkait virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok tersebut. Pelaku pasar saat ini berspekulasi the Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Maret 2020 untuk memberikan stimulus menghadapi dampak penyebaran virus corona di dunia.

Pelaku pasar menilai suku bunga AS saat ini jauh lebih tinggi dibanding anggota G10 lainnya, sehingga memiliki ruang lebih luas untuk menurunkan suku bunga. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa virus corona memiliki potensi menjadi pandemic. WHO berpendapat epidemi virus corona telah mencapai titik puncak di Tiongkok, tetapi kekhawatiran perluasannya penyebaran virus di negara-negara lain menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar.

Lembaga pemeringkat Moody's berpendapat dampak virus corona akan memicu resesi global pada paruh pertama tahun ini. "Kami perkirakan wabah virus corona berhasil ditanggulangi, tetapi pertumbuhan global pada kuartal pertama 2020 akan terpukul turun," lanjut Hans.

Bursa kawasan Eropa juga mengalami tekanan, seiring negara-negara kawasan Eropa juga mengalami penyebaran virus corona. Estonia, Denmark, dan Yunani melaporkan kasus pertama dan Inggris melaporkan dua kasus baru. Virus corona juga ditemukan di Austria, Swiss, dan Spanyol.

Prancis telah mengonfirmasi kematian keduanya. Penyebaran virus ini menjadi perhatian utama di Italia karena menyebar ke selatan negara tersebut, di mana lebih dari 600 orang tertular dan 12 orang meninggal dunia. Pada Jumat lalu, beberapa negara mengumumkan kasus pertama, di antaranya Azerbaijan, Belarusia, Lithuania, Meksiko, Selandia Baru, dan Nigeria. Nigeria merupakan negara terpadat di Benua Afrika.

Pada awal pekan lalu, Kuwait, Bahrain, Oman dan Irak juga melaporkan kasus virus corona. Menurut Hans, dampak yang paling terasa adalah pembatasan perjalanan antar negara yang sangat berpeluang memukul industri transportasi dan pariwisata. (aji/ndu/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X