Meski tiap tahun jamaah haul ulama besar KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani terus bertambah. Namun pemerintah dan relawan juga tak kalah siap mengantisipasi berbagai kemungkinan. Kesolidan banyak pihak itulah yang membuat jamaah tetap merasa khusyuk menjalankan ibadah.
MUHAMMAD RIFQI, Martapura
SEORANG penjual keripik singkong sibuk membagi-bagikan keripik yang diambil dari sebuah gerobak. Lokasinya berada di Jalan Batas Kota, Martapura, Kalsel. Tak jauh dari Masjid Bani Ahdal, yang hanya terpaut sekitar 1 kilometer dari pusat haul. Penjual keripik yang enggan dikorankan namanya itu berusaha memberikan sedekah terbaik kepada jamaah haul.
Tak hanya dirinya, sejumlah warga ekonomi menengah ke bawah di Kalsel begitu semarak memberikan sedekah dengan kemampuan masing-masing. Mulai pasukan becak motor hingga driver online yang siap mengantar jemput para jamaah. Ada juga relawan pengatur jalan yang siap sedia mengarahkan jalur terbaik, menyesuaikan tujuan kepulangan jamaah.
Pembentukan panitia relawan haul hingga masing-masing RT. Terutama untuk wilayah kabupaten/kota yang berdekatan dengan lokasi haul. Tak hanya membangun posko untuk pengarah arus lalu lintas, tetapi juga persediaan makanan gratis.
Yang menarik lagi adalah, meski memasuki tahun politik, tak ada satu pun terlihat figur yang masuk bursa pemilihan kepala daerah (pilkada) di Kalsel, memasangkan foto dirinya dengan ulama tersohor asal Kalsel itu. Sudah jauh-jauh hari, imbauan agar peringatan haul tak dijadikan agenda politik disuarakan. Bahkan, tak ada fasilitas khusus yang diberikan kepada para pejabat atau tokoh yang datang.
Bahkan, Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno yang hadir pada haul ke-14 tahun lalu rela mengikuti jalannya haul dengan radius lebih dari satu kilometer dari lokasi acara. Begitu juga dengan pejabat dan tokoh nasional lainnya kala berkunjung.
Sementara itu, dari pantauan awak Kaltim Post di lokasi Kompleks Musala Ar Raudah Sekumpul sudah dipadati para jamaah sejak pagi. Tiap langkah mengitari lokasi, dipastikan saling bersenggolan satu sama lainnya. Kecepatan kaki melangkah tak menentu, bahkan sesekali harus terhenti sambil menunggu jamaah di depan ikut bergerak.
Waktu tempuh perlu setengah jam berjalan kaki ke lokasi haul yang berjarak sekitar 500 meter dari tempat rombongan bersama awak media ini menginap. Sementara waktu haul belum dimulai. “Mau ziarah dulu ke makam Abah Guru (KH Muhammad Zaini). Sebelum nanti semakin membludak,” ujar Muhammad Aqla, jamaah haul asal Kaltim.
Tak sedikit jamaah yang memilih bertahan di dalam kompleks Ar Raudah sejak dini hari. Meski acara baru dimulai setelah salat Magrib. Namun keinginan untuk berada di dekat pusat haul menjadi sangat besar. “Tahun ini ingin lebih dekat dengan lokasi acara,” ujar Firdaus, jamaah asal Kutai Timur.
Bagi jamaah yang mendapat tempat jauh dari lokasi acara, tak perlu khawatir. Ratusan pengeras suara serta layar berukuran raksasa sudah tersebar hingga radius tiga kilometer. Lantunan selawat sudah menggema sejak siang dari pengeras suara masjid serta pengeras suara lainnya.
Kekhusyukan para jamaah kian terasa seiring lantunan salawat yang dikumandangkan bersama-sama. Lautan manusia memadati hingga jalan utama Martapura. Setelah salat Magrib, makanan pun dibagikan dari masing-masing titik tempat duduk para jamaah. Penduduk sekitar Sekumpul diberdayakan untuk mengolah masakan masing-masing. Sehingga, lokasi pembagian makanan tak hanya berasal dari satu tempat saja.
