Menjadi perwakilan Indonesia di ajang World Youth Forum dan World Youth Theatre pertama dan terbesar di dunia merupakan kebanggaan. Begitu pula yang dirasakan Didi Admanur, laki-laki kelahiran 15 Juni 1995 itu telah merasakan sensasi luar biasa tersebut. Beberapa waktu lalu, Didi bertemu dengan Kaltim Post dan menceritakan pengalamannya tersebut.
BERMULA ketika mendapat informasi melalui media sosial (Instagram), dia pun tertarik mendaftarkan diri mengikuti forum dunia itu. Tidak hanya satu atau dua website yang diikutinya, namun puluhan bahkan ratusan website diikutinya. Jeda dua minggu lamanya, akhirnya dia mendapatkan kabar gembira. Melalui telepon, dia dinyatakan terpilih sebagai perwakilan Indonesia dalam World Youth Forum 2018 di Mesir.
“Saya bukan menunggu secara sengaja. Tapi saya sudah lupa pernah apply itu. Karena banyak sekali yang saya coba daftar,” ujar sarjana Tadris bahasa Inggris tersebut.
Berasal dari Desa Atap, Sembakung, Nunukan, dia mengaku menjadi orang beruntung pada saat itu. Dari 45.000 pendaftar di 163 negara se-dunia, hanya 5.000 perwakilan yang terpilih. Yang lebih membanggakan lagi, dalam forum tersebut, dia menjadi salah satu dari 13 orang beruntung yang terpilih untuk mengikuti World Youth Theatre pertama dan terbesar di dunia.
“Seperti mimpi, saya tidak menyangka. Alhamdulillah jalan yang diberikan Allah sangat tidak terduga,” ungkap Didi.
Pada 2019, putra dari pasangan Husin dan Masrawiyah tersebut kembali mendapatkan kesempatan yang sama. Kementerian Mesir mengundangnya lagi untuk mengikuti teater selama 10 hari.
Tidak mudah, berbagai tantangan pun dihadapinya dalam pelaksanaan teater tersebut. Bagaimana tidak, aktor yang terpilih berasal dari 13 negara yang mempunyai bahasa berbeda dan berkolaborasi bersama artis Mesir.
“Untuk skrip teaternya tidak tertulis. Tapi langsung secara lisan, jadi direkturnya Mr Kholid Dalal itu ngomong bahasa Arab, lalu diterjemahkan ke bahasa Inggris, terus diterjemahkan lagi ke bahasa Indonesia. Begitu ribetnya,” kenangnya.
Melalui salah satu prestasi tersebut, Didi menjadi wisudawan terbaik prestasi internasional IAIN Samarinda 2019. Berbagai penghargaan pun didapatkan, seperti yang diberikan oleh Kementerian Kebudayaan Mesir sebagai the best performance karena telah merepresentasikan Indonesia di mata dunia. (lihat grafis).
Kemudian, seminggu setelah menginjak Tanah Air, lagi-lagi dia mendapat surel dari Turki yang menyatakan dirinya lolos untuk mengikuti The 4th Istanbul Fellowship Program 2019.
“Saya sebenarnya lupa sudah pernah daftar itu. Kita kan tidak tahu rezeki, misal kita mendaftar di 100 website akun scholarship, pasti di antara itu ada saja satu atau dua peluang untuk kita. Jadi jangan pernah lelah untuk mencoba,” pungkasnya. (*/ela/dns/k8)
