Masalah sampah tampaknya belum lepas di Kutai Timur (Kutim). Bukan hanya terjadi di pusat kota, jalur antarkota pun demikian. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kutim mengklaim, masih ada warga yang tak peduli dengan lingkungan.
SANGATTA-Menjadi jalur lintas provinsi, kebersihan lingkungan di Kutim jauh dari kata baik. Sampah di jalan poros membuat pemandangan sepanjang jalan memperburuk estetika kota. Selain itu, minimnya tempat pembuangan sampah sementara, ditambah kurang pedulinya masyarakat, menyebabkan sisi jalan menjadi lokasi pembuangan sampah oleh oknum tidak bertanggung jawab.
Dijelaskan Kepala DLH Kutim Aji Wijaya Effendi, sampah di kawasan jalur perlintasan merupakan tantangan. Jika tak fokus, tumpukan sampah akan menjadi masalah besar. "Jalur provinsi itu banyak dilalui. Masih minim kesadaran, membuat orang yang lewat asal lempar dan berceceran di tepi jalan," katanya saat dikonfirmasi kemarin (28/2). Ceceran sampah bak jadi pemandangan biasa yang tampak di ruas jalan lintas provinsi. Terlebih, daerah perjalanan menuju kecamatan terdalam. "Sepanjang jalan sampah itu pasti ada terus. Apalagi dekat wilayah Taman Nasional Kutai (TNK)," tambahnya.
Hal itu diperhatikan setiap melakukan perjalanan keluar Sangatta. Banyak warga berkendara yang abai kebersihan lingkungan. Asal lempar sampah ke semak-semak, disebut Aji, seakan menjadi budaya. "Kalau saya ke Samarinda atau ke luar daerah, banyak warga yang asal lempar. Di mobil itu seharusnya ada tempat khusus, kalau sampai TPS baru dibuang," terang dia.
Dia mencontohkan Balikpapan yang tertib dan masyarakatnya sadar terhadap kebersihan. Berbeda dengan Sangatta, diketahui, sampah tidak hanya tercecer di jalan poros, tapi juga terlihat jelas di jalur utama perkotaan.
"Andai semua orang taat pada aturan dan tidak buang sampah sembarangan, kota ini akan bersih. Banyak petugas kebersihan setiap hari menyapu dan mengangkut sampah," tuturnya.
Begitu pula dengan permasalahan sampah di sungai. Sejauh ini, kesadaran masyarakat bantaran tergolong rendah. Padahal, aliran air sungai di Sangatta sebagian besar digunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
"Sekarang alhamdulillah sampah di sungai mulai berkurang, kami melibatkan RT agar bergerak," ujar Aji.
Salah satu warga Sangatta Selatan, Dedy, menyoroti banyaknya sampah yang tergenang di perairan. Menurutnya, sampah di sungai belum diperhatikan betul oleh pemerintah. Atas inisiatif dan kesadaran, ia dan rekannya berupaya membersihkan sungai sebagai bentuk kepedulian dengan kebersihan tanpa bantuan dari pihak luar.
"Kami melakukan gerakan peduli air dan sampah. Sampai sekarang masih inisiatif kami, tidak ada bantuan dari mana-mana. Kami berharap kesadaran masyarakat dan dinas terkait," singkatnya. (*/la/dra/k16)