Kejelian memanfaatkan barang yang sudah tak terpakai, justru membuahkan hasil. Memang belum besar, tapi siapa sangka, dari limbah kayu palet, Sudirman, pria yang jatuh cinta dengan seni itu berhasil mendatangkan keuntungan.
LELA RATU SIMI, Sangatta
KURSI bambu yang biasa menjadi tempat istirahatnya di pelataran rumah, mulai rusak. Ia mencoba memperbaiki. Namun, tak bertahan lama. Lelaki 32 tahun itu akhirnya memperbaiki dengan limbah kayu palet.
Dari itu, idenya muncul. Dirman, sapaan akrab Sudirman, mulai memainkan imajinasinya. Inisiatif muncul. Menyulap palet menjadi rupiah yang melimpah untuknya dan keluarga. Memiliki jiwa seni, ia mulai berkreasi. Menekuni dan belajar lebih banyak tentang barang-barang jadi yang bahan utamanya dari palet.
Bersama sang istri, Nike, keduanya membuat kerajinan yang mampu memberikan tambahan penghasilan.
Disambangi di galeri miliknya, yang diberi nama Griya Palet, Dirman menuturkan, usahanya itu mulai digeluti sejak 2017. Namun, hal itu diawali dari pesanan oleh beberapa tetangganya. "Saya tertarik membuat kursi dari kayu pinus karena kursi di teras rusak. Kebetulan tetangga lewat, karena dilihat bagus, akhirnya pesan," ungkapnya. Dirman belum banyak memasarkan hasil olahan tangannya itu. Namun, dari mulut ke mulut di masyarakat, pesanan terus meningkat. Ia beberapa kali “kebanjiran” orderan. Banyaknya produk yang dipesan, saat ini justru sudah menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.
Mulai meja, kursi, lemari, backdrop dekorasi, hingga kebutuhan rumah tangga disanggupi. Meski bahan baku kerap sulit didapat, ia berupaya dapat memasok bahan dasar meski harus mendatangkan dari luar Kaltim.
"Saya satu-satunya yang jual bahan di Sangatta. Tapi tetap, saya mengutamakan konsumen yang minta dibuatkan kebutuhan barang jadi," terang ayah dua anak itu. Tingginya peminat, membuat ia semakin giat belajar memoles batang kayu menjadi kerajinan yang apik.
Tak ayal, kekurangan tenaga bantuan membuatnya kewalahan. Namun, ia sulit memercayakan kualitas produk yang baik di tangan orang lain. “Saya sempat mendatangkan orang untuk membantu, tapi kurang nyaman. Saya lepas. Mending menyelesaikan sendiri," ujarnya.
Sudirman kerap berkomunikasi dengan perajin kayu asal Bontang. Banyak ilmu yang diperoleh, salah satunya teknik pemasaran. Ia belum lama mengandalkan media sosial (medsos). "Pemesanan di luar Sangatta ada, tapi bahan sering habis. Karena datangnya kayu limbah dari luar negeri, biasa digunakan untuk pelindung mesin perusahaan. Kalau di luar negeri tidak ada, pesannya di Surabaya," katanya.
Bicara omzet yang diperoleh, cukup menggiurkan. Dirinya mampu menghasilkan rata-rata keuntungan Rp 5-6 juta untuk pembuatan, dan Rp 1 juta keuntungan penjualan bahan.