TEHERAN– Masjid-masjid di Teheran, Iran, Jumat siang (28/2) sepi. Tak ada salat Jumat yang digelar. Itu juga terjadi di 22 ibu kota provinsi di Negeri Para Mullah tersebut. Untuk kali pertama dalam beberapa dekade, salat Jumat di sejumlah masjid ditiadakan. Itu adalah salah satu cara ekstrem yang ditempuh Iran agar penularan Covid-19 bisa ditekan.
Pemerintah juga menutup akses ke tempat-tempat ibadah utama warga Syiah di Qom. Mashhad dan Qom menjadi pusat persebaran virus korona yang berasal dari Wuhan tersebut. Hingga kemarin ada 388 kasus infeksi Covid-19 di Iran. Itu belum termasuk 34 orang yang sudah meninggal.
”Jumlah kasus akan terus naik dalam beberapa hari ke depan.” Demikian bunyi pernyataan Kementerian Kesehatan Iran seperti dikutip Agence France-Presse. Iran sama dengan Italia. Dua negara itu menjadi penyebab penularan di negara-negara sekitarnya.
Saat ini ada tujuh pejabat di Iran yang sudah tertular. Salah satunya adalah Masoumeh Ebtekar. Wakil presiden untuk urusan keluarga dan perempuan di Iran itu positif tertular Kamis (27/2). Beberapa media lokal mengungkapkan bahwa Ebtekar menghadiri pertemuan dengan Presiden Hassan Rouhani dan sejumlah menteri sebelum dinyatakan tertular. Belum diketahui apakah Rouhani dan para menteri tersebut ikut terjangkit.
Hingga saat ini ada lebih dari 82 ribu kasus penularan dan 2.800 kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia. Sebanyak 3.664 kasus dan 57 kematian ada di luar Tiongkok. Virus mematikan itu bahkan sudah sampai di Afrika. Masing-masing satu orang positif terkena di Mesir dan Aljazair. Kemarin Nigeria menyatakan bahwa ada satu kasus muncul di negaranya.
Pria asal Milan, Italia, yang membawa Covid-19 itu tiba 24 Februari. Saat masuk Nigeria, dia tidak mengalami tanda apa pun dan lolos deteksi. Namun, setelah beberapa hari, dia mulai sakit. ”Kondisi pasien stabil secara klinis. Tidak ada gejala yang serius,” ujar Menteri Kesehatan Nigeria Osagie Ehanire.
Begitu berita tersebut menyebar, penduduk Lagos langsung membeli masker dan barang-barang lainnya dalam jumlah besar. Kota berpenduduk 20 juta jiwa itu panik. Sebab, 2014 lalu negara tersebut diserang wabah Ebola. Di seluruh Afrika, Ebola sudah merenggut lebih dari 11 ribu nyawa.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya sempat menyatakan kekhawatirannya jika Covid -19 sampai di Afrika. Sebab, mayoritas negara di benua tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Virus itu menyerang sistem pernapasan. Pasien membutuhkan alat bantu napas. Padahal, rata-rata rumah sakit di Afrika tak memilikinya dalam jumlah besar.
Kepala WHO Tedros Ghebreyesus kemarin menegaskan bahwa penularan Covid-19 masuk kejadian luar biasa dan sudah sampai di titik yang menentukan. Ia berpotensi menjadi pandemi. Dia meminta pemerintah di negara masing-masing bertindak secara agresif untuk mencegah persebaran virus.
”Ini bukan waktunya ketakutan. Ini adalah waktunya mengambil tindakan untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan nyawa,” tegasnya.
Dia juga meminta semua negara untuk bersiap jika Covid-19 datang sewaktu-waktu. Jangan membuat keputusan fatal dengan meyakini bahwa suatu negara tidak akan tertular. Sangat mungkin tidak akan ada satu negara pun yang lolos dari penularan virus tersebut.
Negara maju yang kini kelimpungan menghadapi virus tersebut adalah Korea Selatan (Korsel). Kemarin ada 571 kasus baru. Total pasien virus korona mencapai 2.337 orang. Penularan Covid-19 berdampak luar biasa. Banyak acara terpaksa dibatalkan. Salah satunya adalah Geneva International Motor Show di Swiss. Bursa saham di berbagai negara pun lesu. (sha/c10/dos)