Ukiran Bonggol Kayu Jati yang Tembus Pasar Luar Negeri

- Sabtu, 29 Februari 2020 | 08:55 WIB
Bahan baku makin sulit didapatkan, padahal potensi ekonominya besar.
Bahan baku makin sulit didapatkan, padahal potensi ekonominya besar.

Bonggol kayu jati yang bagus semakin sulit didapatkan. Padahal, bahan baku itu penting untuk kelangsungan usaha kerajinan Sutono.

 

DUWI SUSILO, Padas, Jawa Pos Radar Ngawi

 

BAGIAN depan rumah Sutono tak ubahnya galeri seni. Ruangan itu disesaki berbagai ukiran bonggol kayu jati. Suvenir, aksesori rumah, hingga perabotan meja dan kursi berjajar rapi. Berjarak selemparan batu, sang pemilik rumah sibuk dengan palu dan pahat. ‘’Harus konsentrasi karena satu bagian dapat dilakukan berulang kali dan berganti-ganti alat,’’ katanya membuka obrolan.

Pangsa pasar Sutono telah merambah luar negeri. Di antaranya, Filipina dan India. Menariknya, transaksi tidak dilakukan online. Pembeli mendatangi langsung galeri di Desa Kedungprahu, Padas, Ngawi, tersebut. Namanya sebagai perajin bonggol kayu jati semakin melambung. ‘’Pasar luar negeri suka bonggol kayu jati,’’ ujar pria 45 tahun itu.

Demi menjaga kualitas dan kepercayaan pelanggan, Sutono wajib menggunakan bonggol kayu jati yang sudah tua. Sebab, seratnya bagus dan alurnya kuat. Sehingga tidak mudah patah ketika dipahat. Persoalannya, mencari bahan baku yang bagus semakin susah. Bahkan harus berburu sampai Kecamatan Ngraho, Bojonegoro. ‘’Usianya sekitar 80 tahun sampai ratusan tahun,’’ sebutnya.

Sutono kali pertama mengenal seni ukir dari tetangganya yang menggeluti usaha kerajinan kayu pada akhir 1980-an. Waktu itu dia masih SMP. Banting setir memahat kayu dari sebelumnya menyukai seni lukis. Perubahan pilihan itu karena dia merasa melukis tidak ada tantangannya. ‘’Saat pertama kali belajar, menggunakan paku yang ujungnya dipipihkan dan obeng bekas yang sudah rusak,’’ kenang bapak satu anak itu.

Karya pertama yang dibuat adalah sandal bakiak. Meski tergolong sederhana, karya itu diapresiasi tetangga dan gurunya. Kemampuan memahat Sutono terus diasah dengan memanfaatkan kayu bekas di sekitar rumah. Ketika SMA, dia bekerja di tempat orang. ‘’Setelah lulus sempat vakum, karena bekerja di tempat ukiran kaca dan relief taman. Tiga tahun berselang kembali ke ukir kayu,’’ terangnya.

Sutono sempat dipercaya menggarap aksen kayu dinding di sejumlah bangunan Pemkab Ngawi. Juga mewakili Jawa Timur dalam sebuah perlombaan tingkat nasional pada 2017. ‘’Di event itu saya jadi nomor satu. Tidak menyangka karena ada perajin dari Jepara, Jawa Tengah,’’ ujarnya. ***(cor/c1)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Minggu, 14 April 2024 | 07:12 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Sabtu, 13 April 2024 | 15:55 WIB

ORI Soroti Pembatasan Barang

Sabtu, 13 April 2024 | 14:15 WIB
X