NEW DELHI – India mengulang sejarah kelam. Kerusuhan sektarian kembali terjadi di negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Narendra Modi itu.
Bentrokan antara pendukung dan anti-amandemen UU Kewarganegaraan (CAA) berubah menjadi kerusuhan kelompok Hindu dan muslim. Hingga Rabu (26/2), 23 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 150 lainnya luka-luka.
Jumlah korban bisa terus bertambah karena situasi belum terkendali. “Orang-orang saling bunuh. Peluru terus ditembakkan di kota ini,” ujar seorang penjahit di Jaffrabad kepada Agence France-Presse.
Kerusuhan berpusat di area yang dihuni mayoritas umat Islam. Misalnya, Maujpur, Mustafabad, Jaffrabad, dan Shiv Vihar. Jalan di kota-kota tersebut kini dipenuhi dengan batu, pecahan kaca, dan kendaraan yang terbakar.
Massa menghancurkan dan menjarah toko-toko serta rumah milik warga. Penduduk Mustafabad akhirnya berbondong-bondong meninggalkan rumah untuk menyelamatkan diri.
Ashok Nagar sejatinya adalah wilayah yang damai. Area itu dihuni mayoritas warga Hindu. Meski begitu, penduduk lokal mengaku tak ikut campur sama sekali dengan kerusuhan yang terjadi di sana. Mereka takut akan ada serangan balasan.
Penduduk meyakini bahwa yang menyerang dan membakar rumah ibadah adalah orang luar. Bukan hanya rakyat biasa yang terdampak, tapi juga jurnalis di area tersebut. Massa kerap bertanya agama yang mereka anut.
Dilansir BBC, salah seorang fotografer diminta untuk melepaskan celana untuk menunjukkan identitasnya. Pria muslim bisa dilihat bedanya karena mereka disunat. Insiden seperti itu juga terjadi dalam kerusuhan antar-agama yang terjadi sebelumnya.
Modi meminta dua kubu menahan diri dan berdamai. Sayang, seruan itu tidak mempan. Kerusuhan tetap terjadi. Para saksi mata mengungkapkan, kehadiran polisi hampir nihil.
Jumlah mereka sangat sedikit dan tidak sebanding dengan massa yang bentrok. ”Sejak kemarin (Selasa, Red) kami menelepon polisi untuk menetapkan jam malam dan mengirim pasukan, tapi tidak ada yang datang. Hanya ada tiga polisi,” ujar Saurabh Sharma.
Sementara itu, polisi senior Alok Kumar mengungkapkan bahwa massa menyerang polisi setiap kali mereka muncul. Jika polisi tidak ada, dua kubu ganti saling serang. Juru Bicara Kepolisian Delhi Mandeep Randhawa meminta penduduk tidak main hakim sendiri. (sha/c10/tom/jpg/kri/k16)