Berada di Balikpapan, rombongan Staf Ahli Kepala Daerah (Sahlikada) se-Indonesia menyempatkan berkunjung ke Gedung Biru Kaltim Post, kemarin (26/2). Sekitar 30 orang hadir. Mereka terdiri dari staf ahli dan tata usaha dari berbagai daerah di Tanah Air.
DINA ANGELINA, Balikpapan
KUNJUNGAN ke media pertama dan terbesar di Kaltim itu merupakan rangkaian kegiatan dalam Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Sahlikada se-Indonesia. Acara itu berlangsung selama 25–27 Februari di Balikpapan. Kedatangan rombongan disambut manajemen Kaltim Post.
Di antaranya, Wakil Pemimpin Redaksi Romdani, Manajer Iklan Grup Tritya Sidartha, Manajer Pemasaran Nur Rahman Saeroni, anggota Dewan Redaksi Kaltim Post Ajid Kurniawan, dan Koordinator Liputan Muhammad Rizki. Dalam kesempatan itu, obrolan yang tercipta mengenai peran media, tantangan, hingga teknis pembuatan berita.
Bertandang ke Kaltim Post merupakan ajang menggali informasi sekaligus belajar bagi staf ahli untuk mengetahui dunia jurnalistik. Kasubag Publikasi Humas Pemprov Kaltim Inni Indrapuri menuturkan, kunjungan ini termasuk bentuk dari orientasi lapangan.
Sebelumnya, staf ahli bersama tata usaha juga telah diberi kesempatan untuk membuat berita straight news. Bahan tulisan berdasarkan hasil kunjungan mereka ke TPA Manggar, kemarin. Mereka sama sekali tidak pernah punya pengalaman membuat berita.
“Tujuannya belajar nanti tata usaha staf ahli akan aktif menulis di website Forsakada (Forum Staf Ahli Kepala Daerah),” ucapnya. Menurut dia, Kaltim Post terpilih untuk dikunjungi sebagai media terbesar yang eksistensinya masih terjaga hingga kini. Mereka ingin mengetahui lebih dalam cara kerja media.
Wakil Pemimpin Redaksi Kaltim Post Romdani memberikan pemaparan baik dari profil perusahaan, cara kerja redaksi, proses cetak, hingga distribusi koran. Salah satu pertanyaan menarik berasal dari Staf Ahli Pemkot Tangerang Selatan Dadang Raharja. Dia bertanya bagaimana koran ini bisa menciptakan produk yang mampu menarik perhatian di tengah persaingan bisnis.
Kemudian, bagaimana konsep koran yang kerap menempatkan berita buruk menjadi sebuah berita jualan utama. Alias bad news is good news. Romdani menjelaskan, Kaltim Post hingga kini berusaha tetap teguh. Dengan tidak menerapkan konsep bad news is good news tersebut.
“Kami ditekankan bahwa tidak selamanya pembaca harus disuguhkan berita buruk. Walau memang dalam survei berita kriminal memiliki rating tertinggi,” ucapnya. Namun, menurut dia, media juga bisa berperan untuk mencerdaskan masyarakat dengan menyajikan berita positif.
Terbukti Kaltim Post sangat jarang menjadikan berita kriminal sebagai headline. Kecuali pada kasus tertentu yang memang memiliki nilai lebih. Apalagi koran ini tetap menyesuaikan segmentasi pembaca untuk pilihan kontennya. “Media juga punya sikap, tapi kita harus lihat keberpihakan media sejauh apa terhadap kebijakan. Mengukur lebih banyak mudarat atau manfaat,” sebutnya.
Anggota Dewan Redaksi Kaltim Post Ajid Kurniawan menambahkan, dunia jurnalistik memiliki kaidah atau kode etik dalam memproduksi berita. Kaltim Post juga memerhatikan bagaimana sajian beritanya bisa memberikan impact atau dampak. Pihaknya berkomitmen untuk mengangkat jurnalisme damai dan jurnalisme advokasi agar memberikan pemahaman kepada pembaca tentang sebuah peristiwa.