Angin Utara, Gelombang hingga 2 Meter, Nelayan Enggan Melaut

- Kamis, 27 Februari 2020 | 14:17 WIB
Nelayan di Balikpapan untuk sementara sandarkan kapal karena gelombang laut yang tinggi.
Nelayan di Balikpapan untuk sementara sandarkan kapal karena gelombang laut yang tinggi.

Gelombang tinggi pada awal tahun membuat banyak nelayan memilih memarkir perahu mereka. Pilihan tak melaut praktis membuat pasokan ikan ke tempat pelelangan ikan pun menurun drastis.

 

 

BALIKPAPAN--Awal Februari hingga jelang akhir bulan, angin utara yang berembus kencang memengaruhi ketinggian gelombang. Di perairan Balikpapan dan sekitarnya tinggi gelombang mencapai 1-2 meter. Kondisi tersebut membuat banyak pemancing dan nelayan enggan melaut. Ombak yang tinggi diprediksi berlanjut hingga Juni-Juli, karena dipengaruhi angin selatan.

"Menginjak bulan 6 dan 7 sudah masuk musim selatan. Dipastikan gelombang akan lebih tinggi lagi bisa mencapai 3 hingga 4 meter. Kalau sekarang saja tinggi ombak sudah 1,5-2 meter, itu tetap berisiko bagi nelayan," tutur Hery Seputro, Koordinator TPI Klandasan, Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Balikpapan.

Gelombang tinggi mengganggu aktivitas, membuat nelayan kesulitan mendapatkan ikan. Kebanyakan nelayan Kota Minyak merupakan nelayan kecil yang one day fishing. Jarak lokasi pencarian ikan pun hanya 4-10 mil. Belum lagi keberadaan ikan sudah sangat jarang ditemukan pada jarak tersebut, sehingga mereka harus lebih luas atau berlayar keluar lebih jauh.

Padahal di luar 0-4 mil saja, ombak semakin besar. Ketinggian ombak baru akan berkurang ketika memasuki bulan September hingga Desember, yang disebut Hery sebagai musim teduh dan aman melakukan aktivitas berlayar atau menangkap ikan.

"Terumbu karang dan kerusakan lingkungan terjadi di mana-mana. Ikan yang dihasilkan sedikit, otomatis mereka harus menangkap ikan lebih jauh. Pendapatan tidak seberapa, tapi sangat berisiko, bahkan taruhannya nyawa yang akhirnya membuat mereka enggan ke laut juga," ujarnya kemarin.

Mengenai jumlah nelayan sendiri di wilayah Manggar terdapat 500 hingga 600 orang, dan di wilayah di Klandasan-Markoni berjumlah 200 nelayan. "Keadaan seperti sekarang, separuh dari jumlah itu tidak melakukan aktivitas. Meski ada juga yang masih nekat tetap turun melaut. Karena bagaimanapun, ikan adalah mata pencarian mereka sebagai nelayan," beber Hery.

Sedangkan jumlah ikan yang masuk ke pelelangan ikan juga menurun. Dikarenakan hasil yang minim. Biasanya ikan yang ditangkap mencapai 5 ton per hari, namun kini hanya 1 ton. Itu pun bila beruntung.

"Kemarin saja ada kapal nelayan yang hanya membawa satu basket (keranjang). Satu basket memuat 40 kg ikan. Padahal biasanya minimal 10-15 basket," timpalnya. (lil/ms/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X