Ancaman Pelemahan Industri CPO, Dorong Konsumsi Lokal B30

- Kamis, 27 Februari 2020 | 14:05 WIB
Ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia ke Tiongkok berpotensi tergerus karena imbas penyebaran virus corona. Konsumsi dalam negeri melalui B30 diharapkan bisa menjadi asa bagi bisnis CPO di tahun ini.
Ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia ke Tiongkok berpotensi tergerus karena imbas penyebaran virus corona. Konsumsi dalam negeri melalui B30 diharapkan bisa menjadi asa bagi bisnis CPO di tahun ini.

Ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) Indonesia ke Tiongkok berpotensi tergerus karena imbas penyebaran virus corona. Konsumsi dalam negeri melalui B30 diharapkan bisa menjadi asa bagi bisnis CPO di tahun ini.

 

BALIKPAPAN-Direktur Eksekutif Palm of Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan, virus corona masih terus menyebar. Jika kondisi ini berlangsung lama bakal mengganggu kinerja CPO Kaltim maupun nasional.

Kendati demikian, ia menyampaikan, hal tersebut dapat teratasi apabila pemerintah mengoptimalkan serapan minyak sawit nasional sebagai bahan campuran biodiesel lewat program biodiesel 30 persen atau B30.

“Sebenarnya hal ini akan menguntungkan produksi lokal. Apalagi, pemerintah juga bakal menguji coba program B40. Artinya, kebutuhan minyak sawit untuk pencampuran bahan bakar solar akan semakin semakin besar,” terangnya.

Gapki mencatat, ekspor minyak sawit mentah (CPO) ke Negeri Tirai Bambu berkisar 5 juta ton pada 2019. Paling tidak satu juta lebih bisa hilang akibat isu virus corona.

Meski begitu, ia menilai harga CPO tak akan melonjak drastis ke kisaran USD 1.200 per ton. Namun, penguatan program biodiesel diharapkan mampu menjaga harga CPO tetap di kisaran USD 700-800 per ton.

Dia menjelaskan, ekspor CPO ke Tiongkok sebetulnya masih bergantung faktor musiman. Untuk saat ini misalnya, Tiongkok tak memerlukan pasokan CPO untuk memenuhi kebutuhan minyak nabatinya lantaran Hari Raya Imlek telah berlalu. "Biasanya September-November, permintaan CPO dari Tiongkok melonjak," ujar dia.

Jika virus corona dapat diatasi pada April-Mei mendatang, ia memperkirakan perekonomian Tiongkok bisa kembali pulih pada semester II. Dengan begitu, ada harapan permintaan CPO ke negara tersebut meningkat setelahnya.

Sedangkan, jika virus corona berlangsung lama, hal sebaliknya justru terjadi. Konsumsi minyak nabati diproyeksi menurun. "Sawit itu kan masih urusan makanan. Kalau ekonomi dunia tidak kencang, maka konsumsi melambat," ujarnya.

Produksi CPO Indonesia berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA) pada 2018 mencapai 41,5 juta ton dan diperkirakan meningkat menjadi 43 juta ton pada 2019. Peningkatan produksi tersebut seiring bertambah luasnya lahan perkebunan sawit di Tanah Air menjadi sekitar 14 juta hektare pada 2018.

Data USDA juga menunjukkan konsumsi minyak sawit domestik pada 2019 diperkirakan mencapai 12,75 juta ton atau sekitar 17 persen dari total konsumsi dunia yang mencapai 74,48 juta ton. Jumlah tersebut meningkat sekitar 1 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 12,63 juta ton.

Meningkatnya konsumsi minyak goreng dari masyarakat serta mandatori B20 (bahan bakar diesel dengan kandungan minyak sawit sebesar 20 persen) mendorong peningkatan konsumsi CPO nasional.

Selama ini, Tiongkok menjadi salah satu negara tujuan ekspor CPO dengan pangsa mencapai 47 persen, di atas India (8,8 persen) dan Eropa (17 persen).

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X