JAKARTA– Impian Indonesia segera memiliki drone tempur produk dalam negeri segera terwujud. Menristek Bambang Brodjonegoro mengatakan drone Elang Hitam ditetapkan sebagai prioritas riset nasional dan dipilih untuk diterapkan secepatnya.
Bambang mengatakan keputusan itu diambil dalam Rapat Terbatas (Ratas) yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu. ’’Dari tiga produk, yang dipilih untuk implementasi itu ada dua. Yaitu drone Elang Hitam dan garam industri terintegrasi,’’ katanya di forum Raker Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta (24/2).
Dalam kesempatan itu Bambang menyampaikan sejumlah hambatan dalam kegiatan riset di Indonesia. Diantara yang paling menonjol adalah kaitannya pada birokrasi. Dia mengatakan masih banyak kegiatan riset yang orientasinya adalah untuk serapan atau menghabiskan anggaran.
’’Riset dan birokrasi tidak bisa kawin,’’ katanya. Untuk itu ke depan dia mengatakan perlu ada upaya debirokratisasi dana riset. Selain itu anggaran riset dari industri perlu di dorong. Sementara saat ini sekitar 80 persen dana riset nasional masih dari uang negara.
Sementara itu Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan sedang diupayakan akselerasi dalam pengembangan drone Elang Hitam. Khususnya yang memiliki spesifikasi tempura tau kombatan. Drone ini memiliki tujuan untuk mendukung kemandirian industri pertahanan dan keamanan dalam negeri. Kemudian juga mendukung upaya menjaga kedaulatan bangsa Indonesia.
Kemudian terkait dengan garam industri terintegrasi, saat ini sedang dibangun pabrik percontohkan. ’’Inovasi ini menjadi solusi dalam mensubstitusi impor garam,’’ katanya. BPPT bekerjasama dengan PT Geram telah berhasil membangun percontohkan garam industri di Manyar, Gresik, dengan skala produksi mencapai 40 ribu ton/tahun. Disebut terintegrasi karena menggunakan peralatan produksi garam industri yang mampu meningkatkan kualitas garam lokal menjadi garam kualitas industri. (wan)