Iklim Membaik Membuat Bisnis CPO Optimistis

- Selasa, 25 Februari 2020 | 13:23 WIB
ilustrasi
ilustrasi

SAMARINDA—Bisnis kelapa sawit Kaltim memiliki banyak tekanan pada 2019. Implementasi renewable energy directive (RED) II oleh Uni Eropa yang menghapuskan penggunaan minyak sawit Indonesia sebagai bahan baku bioidiesel, perbedaan tarif impor produk minyak sawit ke India, kemarau yang berkepanjangan, dan harga crude pal oil (CPO) yang terus menurun merupakan kendala sepanjang 2019. Tahun ini dengan iklim yang baik, diprediksikan produksi semakin baik.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, pada 2020 iklim memang diprediksikan lebih bagus. Bahkan, musim kemarau diperkirakan akan dimulai pada April-Mei. Sehingga produksi bisa lebih baik, sehingga harga bisa lebih tinggi. Selaras dengan itu, komitmen pemerintah untuk mengimplementasi B30 pada 2020, juga menjadi pendukung perbaikan bisnis kelapa sawit.

“Kaltim bisa juga turut mengembangkan biodesel untuk mendukung B30,” katanya. Menurutnya, kebutuhan dalam negeri 2020 diperkirakan mencapai 8,3 juta ton untuk biodiesel yang mungkin, akan berpengaruh pada ketersediaan produk minyak sawit untuk ekspor. Meskipun kondisi ekonomi 2020 diperkirakan lebih rendah, tapi semakin banyaknya terbuka tujuan-tujuan ekspor baru akan lebih menjamin pasar minyak sawit.

Pada tahun ini harga CPO diprediksi menguat hingga 16 persen pada periode Januari–Juni 2020. Harga CPO baru membaik sejak akhir semester II 2019, sampai menyentuh USD 880 per metrik ton pada Januari 2020. Meskipun, harga sedikit melemah pada Februari menjadi USD 830 per metrik ton. Tapi itu sudah jauh lebih baik dibandingkan semester 1 2019, harga CPO rata-rata hanya USD 492 per metrik ton.

“Kita optimis, pada tahun 2020 industri sawit Kaltim tetap memiliki prospek yang baik,” tuturnya.

Dia menjelaskan, dengan peluang pasar ekspor, dan serapan CPO domestik diharapkan industri sawit bisa meningkatkan produktivitas melalui teknik produksi maupun replanting. Pihaknya juga meminta seluruh pengusaha melakukan percepatan implementasi sustainability. Hal itu tentunya untuk mendorong pengembangan ekspor terutama di negara tujuan ekspor baru, dan penanganan berbagai hambatan perdagangan di pasar global.

“GAPKI optimistis tahun 2020 industri kelapa sawit akan lebih baik dari tahun 2019,” pungkasnya. (ctr/tom/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB
X