TENGGARONG- Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Samarinda, Andi Harun-Rusmadi, Sabtu (2/22) bertemu dengan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura XXI Adji Pangeran Adipati Praboe Soerya Adiningrat. Dalam pertemuan itu, Sultan menyampaikan 3 poin penting.
“Pertama agar Samarinda menjadi Harum (Andi Harun-Rusmadi). Semoga pilkada berjalan aman dan tertib, kalaupun ada persaingan tetap bisa terkendali dan tak terjadi masalah,” kata Awang Yacoub, juru bicara kesultanan.
Kemudian lanjut Awang, yang kedua adalah adanya komitmen dari pasangan Andi Harun-Rusmadi perhatian dengan adat budaya. “Kami bersyukur, ini pertama kalinya ada calon wali kota yang memberikan penegasan soal pembiayaan dan komitmen soal pengembangan adat budaya,” lanjutnya. Lebih jauh dikatakannya, pembiayaan ini bukan dalam hal operasional sultan, tapi mengarah pada kepentingan peninggian adat budaya kutai.
Kemudian ketiga, adalah pengakuan Aji Anon Panji Mandapa sebagai pihak yang paling berpengaruh terhadap berdirinya kota Samarinda. “Selama ini yang tersiar datuk kita Lamohang Daeng Mangkona yang ditinggikan, namun Anom Panji Mandapa tenggelam. Maka pesan Sultan berharap agar bisa mengembalikan dan meninggikan nama Anon Panji Mandapa. Karena beliau yang memberi restu pemukiman dan memberi nama sama rendah. Jadi Sama rendah itu keluar dari mulut Aji Anom Panji Mandapa,” beber Awang.
Sebelumnya, kepada awak media Andi Harun menyampaikan maksud dan tujuan dirinya dan Rusmadi Wongso mengunjungi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
"Tujuan kami menemui Sultan Kutai tentunya meminta izin dan restu serta doa atas niat luhur saya dan pak Rusmadi untuk maju sebagai calon walikota dan Wakil Walikota Samarinda," ujarnya, Sabtu (22/2/2020).
Dikatakan Andi Harun, pada saat sambutan sultan yang diwakili pihak kedaton, tujuan tersebut di sambut baik Sultan Kutai Karanegara Ing Martadipura XXI Adji Pangeran Adipati Praboe Soerya Adiningrat. Lebih hikmat dirasakan Andi Harun bahwa peristiwa hari ini mengingatkan dirinya pada peristiwa 21 Januari 1960.
"Saya teringat peristiwa 21 Januari 1960 dimana saat itu untuk pertama kalinya pemerintahan kota Samarinda dibentuk dan secara bersamaan ditetapkan sebagai pemimpin kota praja bersama kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara," terangnya.
Andi menegaskan, warisan sejarah ini harus tetap dijaga dan dirawat hingga kapanpun. "Ikatan sejarah itu kan bukan hanya rangkaian kalimat dan tulisan yang ditulis dalam historikal biografi, tapi lebih dari itu dia adalah warisan, dan warisan ini harus dijaga sampai nanti dimasa yang akan datang," tegasnya.
"Dibutuhkan perhatian dari sisi pembiayaan sebagai wujud eksistensi terhadap Kedaton kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura," tambahnya. (pro)