Fokus Improvement, Tak Melulu soal Naik Produksi

- Sabtu, 22 Februari 2020 | 10:42 WIB

Pergerakan harga di pasaran umumnya menjadi acuan menaikturunkan produksi komoditas. Tak terkecuali bagi industri kelapa sawit. Namun tak selamanya produktivitas jadi indikator performa.

 

NUR RAHMAN, Bogor

 

DIGITALISASI tak hanya milik penghasil produk digital. Perusahaan perkebunan yang aktivitasnya menanam dan memanen pun, telah akrab dengan komputerisasi dan "kawan-kawannya".

Bagi PT Astra Agro Lestari Tbk, sistem itu diterapkan dalam program improvement, untuk mencapai operasional dengan excellence. Langkah-langkah itu, diyakini akan memudahkan perusahaan menggaet label "kelas dunia".

"Pengembangan kami lakukan sejak proses dasar, seperti tanam, rawat, dan olah. Semua kini jauh lebih optimal, baik dalam pengerjaan maupun pengawasan," kata Santosa, CEO Astra Agro Lestari, saat bincang dengan wartawan dalam acara Talk to The CEO 2020 di Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2) malam.

Dalam beberapa tahun belakangan, dia menyebut, investasi untuk mengoptimalkan kinerja ini relatif murah. "Sangat pantas, kalau perbandingannya untuk memaksimalkan produksi," sambung Santosa, didampingi Tofan Mahdi, selaku Senior Vice President of Communications and Public Affair.

Menurutnya, improvement untuk operational excellence itu memang perlu diterapkan pada sektor perkebunan. Misal, dalam mengontrol kinerja tenaga perawat tanaman dan pemanen.

"Kalau di kantor, kita bisa mudah tatap muka dengan pekerja. Atau di pabrik. Tapi di kebun sawit yang luasnya ribuan hektare, ada ribuan perawat dan pemanen, itu ngontrolnya gimana?" ujar dia.

Saat ini, kebun-kebun Astra Agro Lestari disebutnya telah menerapkan sistem GPS untuk mendeteksi pergerakan perawat tanaman. Dan untuk pemanen, ada controlling pekerja lewat pelaporan yang datanya diinput secara digital. Hasilnya, angka ideal dari pemanen bisa dideteksi.

Saat ini, perusahaan dapat mengetahui produktivitas per kebun, per blok, bahkan per pemanen. Tindak lanjutnya, ada angka acuan, yang bisa dijadikan target. Lebih lanjut lagi, dapat menjadi acuan dalam menyesuaikan target kinerja pemanen berdasarkan tingkat kesulitan lahan yang digarap.

"Saya sekarang bisa tahu, per hari itu pemanen bisa menghasilkan antara 98 sampai 140 janjangan sawit. Kalau dulu, berapapun kita terima-terima saja berapapun. Kita juga bisa sesuaikan target. Misalkan, ada pemanen di lahan yang miring atau berbukit, itu targetnya lebih sedikit. Nanti juga penugasannya bisa di-rolling," terangnya.

Di sektor olah, kontrol juga dilakukan pada aktivitas olah. Seperti mengukur kapasitas muatan truk sawit per pabrik. Kini, akurasi volume kelapa sawit yang diolah dapat diukur seperti halnya mengukur penumpang pada pesawat.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X