Tak Ada Rumus tentang Mati

- Jumat, 21 Februari 2020 | 14:17 WIB

//HIKMAH JUMAT//

 

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

PENYANYI dan bintang film terkenal, Bunga Citra Lestari (BCL) kehilangan salah seorang terdekat dalam hidupnya yaitu Ashraf Sinclair yang juga artis terkenal Tanah Air. BCL, kerabat dan handai taulan Ashraf Sinclair tak kuasa menahan kesedihan mendalam. Terlebih, Ashraf meninggal secara mendadak. Tidak ada tanda-tanda kepergian untuk selamanya dari mendiang.

Sangat lumrah orang terdekat merasa sedih dan seakan tidak percaya bahwa almarhum sudah tiada. BCL mungkin masih belum lupa dan terngiang ucapan sang suami terakhir yang belum lama terucap.

Anak semata wayang BCL dan Ashraf bernama Noah, mungkin masih merekam jelas dalam benaknya. Betapa dekatnya dia dengan ayahnya. Mungkin masih jelas bayangan bagaimana dia bermain sangat akrab dan merasakan kehangatan dekapan pelukan dari sang ayah. Tiba-tiba saja semuanya hilang, bukan untuk sementara tetapi untuk selama-lamanya.

Tidak pernah terulang kembali semua kenangan bersama. Itulah sebabnya air mata BCL masih terlihat mengucur sebagai tanda dukacita mendalam. Demikian juga dengan Noah yang tidak dapat menahan haru, tangisnya pecah di pusara sang ayah yang baru saja dikebumikan.

Drama haru biru seperti keluarga BCL, terjadi di seluruh keluarga siapa saja di belahan bumi mana pun. Itu sudah rumus. Siapa pun yang ditinggalkan oleh orang terdekat dan dicinta, selalu meninggalkan kesedihan. Apalagi yang pergi, banyak meninggalkan jejak-jejak kebaikan semasa hidupnya.

Kepergiannya pasti menjadi peristiwa sedih. Rumus itu berlaku untuk semua. Pesohor ataupun bukan, pejabat atau rakyat jelata, ulama atau awam, semuanya terkena rumus itu. Pembedanya hanyalah berita kesedihan tersebar luas atau tidak, bergantung kemasyhuran orang yang meninggal.

Orang terkenal di dunia, peristiwa kematiannya diketahui publik internasional. Sohor di Indonesia, beritanya diketahui oleh banyak orang di seluruh Tanah Air. Media cetak, media elektronik, lini masa ramai membahasnya. Bukan hanya kematiannya, tapi kadang hal-hal yang tak terhubung langsung dengan kematian pun turut dibahas. Sebaliknya jika yang meninggal adalah orang yang “biasa-biasa” saja, berita kematiannya hanya diketahui segelintir orang. Para kerabat dan paling jauh tetangganya saja.

Meski demikian, yakinlah bahwa ramainya pemberitaan kematian, tidak berpengaruh terhadap penilaian Tuhan pada hari perhitungan dan kemuliaan seseorang di hadapan-Nya. Ketakwaanlah yang menjadi indikator penilaian. Ketakwaan berbanding lurus dengan kemuliaan. Semakin tinggi ketakwaan, semakin mulia di hadapan Tuhan. Berkat kemuliaan tersebut, dia semakin mudah mendapatkan “fasilitas” dalam pengadilan maha-adil di akhirat.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X