Lewati Tahun-Tahun Sulit, Siapkan Lompatan lewat Teknologi

- Jumat, 21 Februari 2020 | 11:19 WIB

Tahun 2017 hingga 2019 disebut sebagai masa tersulit bagi industri sawit. Depresi harga, black campaign, hingga moratorium jadi tantangan sektor pengolahan minyak nabati tropis ini.

 

NUR RAHMAN, Bogor

 

MEMASUKI awal tahun ini, para pelaku industri kelapa sawit seolah mendapat angin segar. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) naik cukup tajam. Dari posisi USD 650,18 per metrik ton pada Desember 2019, menjadi USD 729,72 per metrik ton pada Januari 2020 (harga referensi Kementerian Perdagangan).

Bahkan, Februari ini, harga acuan CPO kembali naik ke posisi USD 839,69 per metrik ton. Jika dikomparasi dengan bulan yang sama pada tahun lalu yang hanya USD 603, kenaikannya mencapai 28 persen.

Selain menjadi sentimen positif industri kelapa sawit, lompatan itu menjadi kabar baik bagi pendapatan negara. Dikarenakan kembali berlakunya bea keluar untuk ekspor CPO, sebab harga tersebut melampaui batas acuan USD 750 per metrik ton.

Meski mengikuti isu politik global, kenaikan tersebut juga dipicu faktor alami seperti naiknya demand di negara-negara importir utama. Seperti Tiongkok atau pun India.

“Proyeksinya, Februari ini demand turun karena Imlek. Tapi ternyata ada virus corona, jadi mungkin turunnya sedikit lebih tajam dari prediksi,” ucap Santosa, CEO PT Astra Agro Lestari, saat menggelar Talk to The CEO bersama awak media nasional dan daerah di Bogor, Selasa (18/2) malam.

Meski cukup menjadi handicap, Santosa meyakini, isu corona tak akan menghalangi tren positif CPO di pasar global. Yang artinya, juga tak akan mengganggu harga. Apalagi sampai berkelanjutan seperti tahun lalu.

“Pertama, karena importir juga ada dari negara lain. Kedua, dampak corona tidak signifikan, karena kebutuhan minyak nabati untuk miliaran penduduk di Tiongkok itu sangatlah besar,” sambungnya.

Depresi harga benar-benar sempat menjadi tantangan yang berat. Sebab biaya operasional terus mengalami inflasi. Terlebih, kelapa sawit merupakan kategori industri yang sangat padat karya.

Bersama tren positif yang diyakini akan berlanjut saat ini, Santosa menyebut, pihaknya telah merintis penerapan inovasi teknologi untuk berbagai aspek. Terutama dalam hulu produksi.

Astra Agro Lestari, kata dia, tengah mengembangkan laboratorium molekuler. Yang salah satunya untuk coba menciptakan bibit sawit tanggung yang tahan dengan segala kondisi dan gangguan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X