Penanganan Karantina Jepang Dicibir, Pasien Sembuh di Tiongkok Naik

- Kamis, 20 Februari 2020 | 11:56 WIB
Diamond Princess yang saat ini masih berada di pelabuhan di Jepang.
Diamond Princess yang saat ini masih berada di pelabuhan di Jepang.

YOKOHAMA– ’’Tidak ada organisasi yang sempurna, tidak terkecuali Jepang.’’ Pernyataan tersebut dilontarkan Shigeru Omi untuk membela keputusan pemerintah Jepang yang mengarantina 3.711 kru dan penumpang di atas kapal pesiar Diamond Princess. Mantan kepala regional WHO itu adalah salah seorang yang memberikan saran kepada pemerintah terkait dengan proses karantina tersebut. Menurut dia, metode itu justru memiliki efek positif untuk mengurangi infeksi.

Tapi, penduduk Jepang tidak sependapat dengan Omi. Kapal itu diyakini justru menjadi lokasi penularan baru. Para penumpang memang diminta tinggal di kamar masing-masing. Tapi, kadang mereka bercakap-cakap dengan tetangga kamar di balkon tanpa menggunakan masker.

Kru kapal juga tidak dikarantina. Mereka berbagi tempat tinggal, kamar mandi, dan area kerja. Kru juga hanya mengenakan masker dan sarung tangan ketika berinteraksi dengan para penumpang. Bukan memakai baju hazmat yang menutup seluruh tubuh.

Imbasnya, beberapa kru masuk daftar positif tertular Covid-19. Dua pegawai pemerintah yang ditugaskan untuk memeriksa penumpang di kapal tersebut juga ikut tertular. ’’Karantina di kapal adalah kegagalan besar, sebuah kesalahan,’’ ujar Kentaro Iwata, profesor divisi penyakit menular di Kobe University, seperti dikutip Agence France-Presse. Dia sempat masuk ke kapal itu dan menyatakan bahwa kondisinya benar-benar semrawut. Iwata kini bahkan mengarantina diri sendiri karena takut menulari keluarganya.

Situasi kian runyam ketika kemarin (19/2) masa karantina habis. Ada sekitar 500 penumpang yang diperbolehkan keluar dari kapal. Mereka adalah para penumpang yang negatif virus. Mereka yang negatif, tapi pernah berhubungan dengan penumpang yang tertular, akan menjalani karantina tambahan.

Penduduk waswas bahwa mereka yang keluar dari kapal ternyata terjangkit dan bisa menularkannya ke orang lain. Terlebih, kemarin masih ada 79 kasus baru penularan Covid-19 di atas kapal. Total yang tertular kini 621 orang. ’’Saya sedikit takut,’’ kata Shoya Horiuchi, penduduk Yokohama.

Sementara itu, kemarin kapal pesiar Westerdam yang berlabuh di Sihanoukville, Kamboja, akhirnya menurunkan semua penumpang. Sekitar 700 orang terakhir yang dites terbukti negatif. Kapal itu akan berlayar kembali dengan hanya membawa krunya.

Satu-satunya penumpang kapal itu yang terkena Covid-19 adalah perempuan AS berusia 83 tahun. Penularannya baru terdeteksi saat transit di Malaysia. Ada ketakutan bahwa penumpang yang turun itu menularkan virus karena mereka sebenarnya juga tertular, tapi tidak muncul tanda-tandanya.

Di pihak lain, endemi di Tiongkok belum mereda. Saat ini jumlah korban tewas mencapai 2.004 orang, sedangkan mereka yang terinfeksi 74.185 orang. Tapi, di sisi lain, jumlah mereka yang membaik juga terus meningkat. Dilansir Al Jazeera, ada sekitar 14 ribu orang yang berhasil melawan pengaruh Covid-19 dan keluar dari rumah sakit.

’’Untuk semua teman yang masih berjuang di rumah sakit, saya tidak sabar melihat kalian secepatnya,’’ tulis perempuan 28 tahun itu di media sosialnya. Dia baru saja keluar setelah dirawat di No 7 Hospital di Wuhan, Hubei, Tiongkok.

Pasien yang sembuh di beberapa wilayah di Tiongkok memang melonjak. Rata-rata mencapai 40 persen. Tapi, di Hubei, persentase kesembuhan hanya merangkak di angka 15 persen. ’’Di tempat lain di luar Hubei, intervensi dini terbukti efektif mencegah penyakit memburuk,’’ ujar Dr Zhong Nanshan. Dia adalah dokter yang kali pertama memastikan bahwa Covid-19 bisa menular antarmanusia.

Di Malaysia, ada dua pasien lagi yang dinyatakan sembuh. Menteri Kesehatan Malaysia Dr Dzulkefly Ahmad menyatakan, total sudah ada 15 pasien yang membaik dan keluar dari rumah sakit. Luo Yan, satu-satunya orang yang terdeteksi positif Covid-19 di Sri Lanka, juga membaik. Perempuan asal Tiongkok itu diperbolehkan keluar dari kamar isolasinya di National Institute of Infectious Diseases, Kolombo, Sri Lanka. (sha/c19/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X