Joli Jolan, Tempat untuk Barang Tak Digunakan, Dipilih Perias Jenazah, Kosmetik Kedaluwarsa Jadi Bermanfaat

- Kamis, 20 Februari 2020 | 11:51 WIB
Meski baru sebulan berjalan, lanjut Septi, setiap pekan bisa ratusan orang yang datang untuk memberi atau mengambil barang.
Meski baru sebulan berjalan, lanjut Septi, setiap pekan bisa ratusan orang yang datang untuk memberi atau mengambil barang.

Sering membeli barang karena dorongan impulsif? Setelah terbeli, barang tak terpakai. Atau baru sekali dua kali digunakan sudah bosan. Menjadikannya teronggok di lemari. Komunitas Joli Jolan memberi arti baru untuk barang semacam itu.

 

ANTONIUS CHRISTIAN, Solo, Jawa Pos

 

Bagian depan rumah Septiana Setyaningrum di Jalan Siwalan Nomor 1, Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, Solo, itu sudah beralih fungsi. Masih untuk menerima tamu. Hanya, mayoritas tamunya tak dikenal. Sejak akhir tahun lalu Septi (sapaan Septiana Setyaningrum) bersama rekan-rekannya membentuk Joli Jolan.

Itu adalah sebuah komunitas yang menyediakan tempat bagi siapa saja untuk memberikan barang-barang tak dipakai. Barang akan ditata dengan rapi dan siapa saja boleh mengambilnya. ”Rumahnya jadi kayak toko serba-ada,” kata Septi.

Sabtu (15/2) itu jam menunjukkan pukul 07.00. Septi dan sejumlah relawan sibuk menata displai barang yang terkumpul. Ada baju, celana, outer, aksesori, sepatu, perlengkapan rumah tangga, dan lainnya. Sebagian besar memang item fashion.

Bukan hanya barang bekas layak pakai yang ada di situ. Kalau jeli, Anda bisa menemukan item brand terkenal yang biasa dijual di mal. Sebagian labelnya masih menempel tanda barang tersebut masih baru dan belum pernah dipakai.

”Biasa to, namanya perempuan, kalau lihat ada barang diskon, pasti langsung comot. Mereka tidak memedulikan ukuran. Eh, pas sampai rumah, ternyata tidak cukup. Mau dibuang sayang,” ungkap Septi menjelaskan latar belakangnya mendirikan Joli Jolan yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tukar-menukar.

Sekitar satu jam persiapan, pintu gerbang warna hijau rumah yang dibangun di atas tanah seluas 500 meter persegi itu dibuka. Satu per satu orang masuk. Mereka mulai asyik memilih barang yang dipajang.

Saat terpikat dengan salah satu baju, mereka akan menuju cermin seukuran orang dewasa yang diletakkan di salah satu sudut. Menempelkan baju tersebut di badan, mematut diri. Cocok tidak? Kadang, untuk melengkapi penampilan, mereka juga mencari aksesori yang sesuai dengan baju yang dipilih. Setelah barang yang dimau terkumpul, mereka menuju meja yang sudah disediakan.

Meja itu ibarat kasir. Namun, pengunjung tak perlu mengeluarkan uang untuk bisa membawa barang-barang yang dimau. Keunikannya, mereka tidak membayar benda yang diambil dengan uang, tapi menggantinya dengan barang layak pakai yang lain. ”Seperti barter. Padahal tidak. Karena antara barang yang diambil sering kali memiliki harga berbeda,” jelas Septi.

Di Joli Jolan sistemnya tukar barang. Barang yang sudah tidak dipakai bisa ditukarkan. Syaratnya, barang harus benar-benar layak pakai. ”Kalau baju, ya dicuci bersih dulu, baru dibawa ke sini. Karena nanti barang itu akan diambil pemilik yang baru,” paparnya.

Meski begitu, saat disortir, masih saja ditemukan barang tidak layak pakai. Kebanyakan adalah kosmetik. ”Kalau kosmetik yang sudah kedaluwarsa biasanya yang ngambil perias jenazah. Jadi, kami selalu usahakan barang yang disetorkan ke sini bisa dimanfaatkan,” ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X